Preview

Hai, selamat datang di Neng Vina! Di blog ini kamu akan menemukan tulisan seputar kehidupan dan pengembangan diri. Barang kali kamu tidak akan merasa sendirian setelah membaca tulisanku. Enjoy my blog! 🧁

Tamu di Sepuluh Hari Terakhir Ramadan

Tamu di Sepuluh Hari Terakhir Ramadan
TIDAK DIDUGA. Kupikir bulan Ramadan kali ini akan terbebas dari tamu yang biasanya singgah satu pekan satu bulan. Permasalahannya adalah, sejak pertengahan bulan Ramadan ini, sempat ada bisik-bisik bahwa si tamu akan segera datang. Saat itu aku.pikir, “Ya sudah, silakan. Toh, masih pertengahan bulan ini.”. Akan tetapi, ditunggu punya tunggu, mana? Kok, tidak kunjung menampakkan diri? Padahal sudah memberi sinyal berupa rasa nyeri. 

Bayangkan. Nyeri dari pertengahan—bahkan masih di fase akhir sepuluh awal Ramadan—sampai kemarin. Sementara, pemicu rasa nyerinya tidak kunjung singgah. Ada dua kemungkinan: pertama, kemungkinan ini hanya sinyal sementara, artinya bulan Ramadan kali ini bersih alias tidak ada bolong! Atau, yang kedua, jangan sampai si tamu muncul di sepuluh hari terakhir Ramadan. Ternyata, kenyataan berbicara pendapat kedua. 

Sedih? Sedih. 

Kemarin nonton YouTube program Escape-nya Raymond Chin dan Ustaz Felix Siauw episode pertama bahas malam lailatulqqadar. Kita sama-sama tahu, ya, malam lailatulqqadar lebih baik daripada seribu bulan dan diburu di satu malam pada sepuluh malam terakhir Ramadan. Dari dulu kalau Ramadan, sudah pasti sebagai umat muslim, akan memburu malam lailatulqqadar. Namun, menonton Escape tadi, motivasi jadi makin kuat dan insting berburu seakan-akan ditekan paling maksimal. I AM READY TO BE HUNTER!

“Em, punten? Izin, saya diperintahkan singgah selama beberapa hari ke depan.” Begitulah tutur si tamu pada malam harinya setelah menonton Escape. Si tamu duduk di ruang tamu dan tersenyum semringah. Serius, boleh kutonjok tampang innocent-nya? Masalahnya, dia datang pun dengan memberikan nyeri luar biasa yang membuatku tidak berdaya. Sudahlah.

Aku tidak mengerti. Namun, segalanya terlalu kebetulan. Meskipun aku yakin bahwa Allah punya alasan mengapa aku didatangi tamu setelah mengaktifkan tombol hunting ketika menyimak Escape. Dan, aku tidak tahu jawabannya. Kadang-kadang tidak semua tanya membutuhkan jawaban cepat. Mungkin suatu hari nanti atau tanpa jawaban adalah jawaban terbaik. Who knows?

Not all questions, need an answers. 

Semenjak Ramadan tahun 2024, aku bertekad untuk tidak mau ketinggalan tarawih dan khatam Al-Qur'an. Alhamdulillah, Ramadan 2024 Allah kasih keberkahan dengan tidak mendatangi tamu bulanan ke rumahku. Aku berhasil mengkhatamkan Al-Qur'an dan tidak ketinggalan tarawih. Ya, meskipun datangnya tamu adalah hal yang wajar dan terkait dengan kesehatan diri. Namun, aku menganggap ketidakhadirannya sebagai berkah.

Ah, ya, benar. Segala sesuatu yang dianggap menyedihkan, akan memiliki sudut pandang yang positif. Lantas, mengapa aku tidak menganggap kedatangan tamu di sepuluh hari terakhir Ramadan ini sebagai berkah dan syukur? Setidaknya aku masih sehat karena memang jika jarang datang tamu bulanan, khawatir ada gangguan hormon. Toh, aku masih bisa tetap melakukan ibadah lainnya, kan?

Kemudian tadi setelah ikutan makan sahur, aku mulai mencari sesuatu di YouTube; apakah perempuan haid boleh membaca Al-Qur'an via ponsel? Guess what? Jujur, aku bingung karena banyak perbedaan pendapat. Mari kita bahas. Disclaimer, pembahasan ini didasarkan pemahamanku dan pertimbanganku setelah menonton berbagai sumber dari para ustaz. Jadi, Teman-Teman, setelah baca tulisan aku sebaiknya menelisik secara mandiri terkait topik dan silakan mempertimbangkan sendiri. Tulisan ini tidak ada niatan untuk mengajak Teman-Teman berasumsi yang sama dengan aku.

Okay? Okay

Ada dua pendapat yang menghukumi terkait membaca Al-Qur'an via ponsel pada saat haid. Para ustaz tentunya memiliki kualitas dan kredibilitas yang luar biasa Maasyaa Allah, semoga Allah memberi kebaikan kepada mereka.
  1. Pendapat pertama, membolehkan. Alasannya karena ponsel hanyalah sebuah sarana, bukan mushaf. Aplikasi hanyalah sebuah perangkat yang sehari-hari biasa kita genggam. Sehingga, membaca Al-Qur'an via ponsel bukanlah masalah karena yang dilarang bagi wanita haid adalah menyentuh mushaf yang isinya penuh dengan ayat suci Al-Qur’an.
  2. Pendapat kedua, tidak dibolehkan. Menurut Mazhab Syafi'i, Hambali, dan Hanafi, wanita haid tidak diperbolehkan Membaca dan menyentuh Al-Qur'an. Sementara, menurut Imam Malik diperbolehkan dengan catatan hanya untuk kegiatan belajar mengajar bukan membaca secara khusyuk.

Ketika searching, video pertama yang aku tonton dan simak adalah dari Buya Yahya. Beliau berpendapat yang kedua, bahwa Al-Qur’an digital juga sama seperti mushaf, lembaran per kembaran, sama saja menyentuh lembaran. Jujur, di situ aku masih denial, masa, sih? Soalnya, aku merasa sayang sekali tinggal lima juz lagi sudah khatam. 

Kemudian aku mencari video lain lagi, banyak ustaz berpendapat yang pertama, boleh karena Al-Qur'an digital bukan mushaf. Namun, entah mengapa, aku masih belum puas dan masih terus mencari jawaban. Aku perjelas: mencari jawaban, bukan pembenaran. Artinya, aku mencari jawaban bukan sesuai dengan keinginan aku, melainkan karena sebuah penjelasan yang mencerahkan. Oleh karena itu, selama menonton dan menyimak, aku berusaha tidak membaca komentar. Aku ingin pertimbangan berdasarkan pendapat para ustaz bukan warganet.

Aku perjelas: mencari jawaban, bukan pembenaran. Artinya, aku mencari jawaban bukan sesuai dengan keinginan aku, melainkan karena sebuah penjelasan yang mencerahkan.

Sampai akhirnya aku menonton dan menyimak video ceramah Ustaz Adi Hidayat. Beliau memiliki pendapat yang sama seperti Buya Yahya dengan tegas. Kali ini anehnya aku tidak denial, justru mendapatkan pencerahan baru. Aku mendapatkan sebuah reminder dan awareness yang berdampak terhadap aspek lain. Aku mendapatkan sudut pandang yang begitu esensial karena aku adalah orang yang sangat menghargai esensi. Dan, perlahan-lahan aku mulai meyakininya.
 
O, iya. Aku mau memberi sedikit cerita. Selama ini (di luar masa haid) aku biasanya membaca Al-Qur'an digital alias via ponsel. Hal ini dikarenakan aku punya masalah mata, entah apa, baru bisa check up nanti setelah lebaran—doakan, ya! Intinya masalah mata ini mengakibatkan aku kesulitan atau hampir tidak bisa membaca buku ataupun kitab. Alhasil selama bulan Ramadan ini aku bertadarus melalui Al-Qur'an digital.

Pertama-tama, aku mau menjelaskan definisi Al-Qur'an secara bahasa. Penjelasan ini diambil dari video ceramah Ustaz Adi Hidayat mengenai pertanyaan: Baca Qur'an via Android (di luar datangnya haid). Al-Qur'u berarti bunyi yang didengar. Qira’ah berarti yang diperdengarkan. Qur'an berarti terus-menerus diperdengarkan nyaris tanpa henti dan tidak bosan. Al-Qur'an secara khusus artinya ingin menyampaikan pesan bahwa hanya Al-Qur'an, satu-satunya kitab, firman Allah yang akan terus dibacakan tanpa pernah putus dan orang tidak bosan membaca.

Maasyaa Allah banget, yaaa.

Selanjutnya, kita ke pembahasan pokok. Bagaimana dengan wanita haid membaca Al-Qur'an digital? Menilik dari ceramah Ustaz Adi Hidayat tidak memperbolehkan. Alasannya karena esensial dari Al-Qur'an adalah bacaannya. Sebuah mushaf menjadi istimewa dan suci karena mengandung bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Menilik juga dari definisi tadi yang dijabarkan pula oleh beliau. Mempertegas dan menjelaskan bahwa Al-Qur'an begitu amat suci sehingga perlu dibaca dengan keadaan yang suci pula. 

Tidak sampai di situ. Ada pemaparan lain dari Ustaz Adi Hidayat yang menyentuh hati aku. Sebelumnya aku memahami bahwa wanita haid tetap bisa melakukan ibadah lainnya. Akan tetapi, aku baru mengetahui bahwa wanita haid pun dimuliakan oleh Allah Ta’ala. Betapa wanita haid tetap mendapatkan pahala yang sama seperti pahala yang dia dapatkan ketika beribadah di luar masa haid. Artinya, jika rutinitas kita sebagai perempuan rajin beribadah baik wajib maupun sunah, maka rutinitas tersebut bisa menjadi pahala pada masa haid meskipun kita diistirahatkan. 

Contohnya begini. Kamu adalah seorang muslimah rajin salat lima waktu. Selalu tahajud di sepertiga malam. Dalam sehari mengkhususkan waktu untuk membaca Al-Qur'an. ketika datang tamu bulanan ke rumahmu, hal ini membuat kamu harus mengistirahatkan rutinitas tersebut. Namun, kamu tidak perlu khawatir karena selama masa haid pahala itu tetap mengalir seakan-akan kamu sedang menjalani rutinitas tersebut. 

Jika kita tidak memiliki rutinitas tersebut. Masa haid kita pun tidak mendapatkan pahala rutinitas tersebut.

Betapa wanita haid tetap mendapatkan pahala yang sama seperti pahala yang dia dapatkan ketika beribadah di luar masa haid.

Hal inilah yang aku bilang tadi. Sebuah penjelasan yang bukan hanya mencerahkan, melainkan memberikan dampak motivasi untuk diri aku ke depannya. Betapa aku harus meningkatkan keimanan, mendekatkan diri kepada Allah, rajin beribadah baik wajib maupun sunah. Sebab, aku ingin menjadi perempuan yang beruntung ketika masa haid pun aku tetap mendapatkan pahala seperti apa yang rutinitas atau kebiasaan aku lakukan di luar masa haid. Namun, yang paling penting adalah aku belajar ikhlas dalam beribadah untuk mencari rida Allah Ta’ala. 

Setelah menyimak ceramah Ustaz Adi Hidayat, aku langsung WhatsApp Eka—teman aku—untuk meminta pandangan atau pendapat dia. Di sini aku sebetulnya sudah yakin dengan keputusan aku bahwa aku memilih untuk berhati-hati. Artinya aku tidak membaca Al-Qur'an dalam media apa pun karena sedang tidak suci. Sekitar satu jam kemudian, akhirnya temanku memberi sudut pandang. Di luar dugaan, ternyata Eka sependapat denganku dan secara tidak langsung memberikan validasi atas pertimbangan yang telah aku yakini. 

Jujur, tadinya aku merasa kecewa ketika datang tamu bulanan di sepuluh hari terakhir Ramadan. Sebab, aku punya target untuk khatam Al-Qur'an. Aku sudah membayangkan di hari ke-30 akan membaca juz 30. Namun, setelah mendalami dan menelusuri beberapa jam dan kemudian diskusi dengan Eka. Aku merasa bersyukur menjadi perempuan karena Allah memuliakan perempuan. Aku jadi memahami esensi Al-Qur'an adalah pada bacaannya. Dan yang paling penting, mendapat pengingat dan penyadaran untuk beribadah lebih baik supaya menjadi perempuan haid yang beruntung. 

Sebagai orang yang sangat menghargai esensial terhadap segala sesuatu. Dan sebagai orang yang selalu mengutamakan makna di balik segala sesuatu. Ceramah atau penjelasan dari Ustaz Adi Hidayat adalah pelipur lara, adalah kabar bahagia, dan adalah motivasi untuk lebih memperbaiki diri sendiri. Luar biasa. Sekarang, aku jadi mengetahui alasan Allah mendatangkan tamu bulanan di hari ke-24 Ramadan. Tidak lain dan tidak bukan adalah karena Allah ingin aku mencari tahu rasa penasaran yang sebetulnya sudah lama aku pendam. Dan aku baru mencari tahunya setelah tamu bulanan itu datang. Allah Mahabaik.

I found an answer.

Berikut ini video ceramah Ustaz Adi Hidayat: 
  • https://youtu.be/n3_RcXT0IDk?si=h4RGYGe8tJi5S7B-
  • https://youtu.be/n40kE5bcUMw?si=r8xaFUu1RljwoQOC
Video YouTube Escape eps. 1:
  • https://youtu.be/KYszstjudqU?si=7VlL08XbcqJhFoUa
Lebih lamaTerbaru

Posting Komentar