KETIGA guru meminta para murid untuk maju ke depan kelas, selalu hening dan tidak ada pergerakan. Bukan hanya aku saja, teman satu kelas pun begitu. Dalam pikiranku hanya terbesit satu pikiran, “Malu.”. Membayangkan seorang diri berdiri di depan kelas, puluhan pasang mata tertuju padaku, tidak ada suara, bagaimanapun aku harus bersikap, coba?! Membayangkan saja sudah mau pingsan, bagaimana jika benar-benar terjadi?
Fenomena tidak ada yang mau inisiatif itu sering kali terjadi di sekolah. Padahal, sekolah seharusnya menjadi pendidikan karakter, bukan hanya akademik. Untuk apa akademik gemilang, tetapi karakter kurang? (Sedikit-sedikit bermain rima, ya). Aku rasa sekolah harus lebih aware lagi dalam membentuk karakter muridnya. Toh, tidak semua murid menguasai akademik, mana tahu kuat di bidang lain, kan? Hanya tidak ada inisiatif saja.
Aku ingat betul, saat itu sedang MOS hari ke-2 jadi anak SMA. Ada Kak Liaa (Kakak OSIS) yang meminta kami—para murid ospek—inisiatif maju ke depan kelas untuk unjuk bakat. Entah apa yang merasuki diriku, ketika itu aku mengangkat tangan. Duh, malu banget sebetulnya, tetapi mau bagaimana lagi—tangan sudah terangkat?
Dulu, aku lebih prefer ditunjuk atau disuruh daripada mengajukan diri. Namun, makin ke sini makin menyadari nunggu ditunjuk atau disuruh tidak akan membuat kita berkembang. Sebab, kita selalu ingin bertindak atas keinginan orang lain daripada diri kita sendiri. Kita tidak akan bergerak, jika tidak ditunjuk atau disuruh orang lain. Sesekali kita perlu inisiatif untuk mengembangkan diri.
Semenjak bergabung dalam komunitas—baik kepenulisan dan membaca—awalnya aku hanya anggota yang biasa-basa saja. Hanya mengikuti alur yang ditentukan oleh pengurus komunitas. Akan tetapi, beberapa tahun kemudian ketika mengikuti komunitas lain, kuakui aku menjadi luar biasa. Aku mulai mengajukan diri menjadi pengurus dari komunitas. Guess what? Aku banyak belajar untuk upgrade skill dan penbembangan karkater. Aku jadi lebih mengenali diri sendiri.
Sesekali Kita Perlu Inisiatif, Dong!
Dalam hidup, sesekali kita perlu inisiatif, baik dalam dunia profesional maupun kehidupan sehari-hari. Ya, sebetulnya pilihan, sih, mau jadi inisiatif atau pasif. Akan tetapi, sebagai manusia, kan, kita perlu berkembang. Sikap inisiatif merupakan salah satu sikap yang dapat mengembangkan diri. Inisiatif berarti kita berani mengambil keputusan, siap menghadapinya risiko dan konsekuensi. Inisiatif berarti bertindak tanpa harus ditunjuk atau disuruh lebih dulu.
Ternyata inisiatif merupakan sebuah keterampilan dalam kehidupan. Melansir youthemploymet.com, inisiatif merupakan keterampilan mengelola diri dan keterampilan mengelola diri merupakan salah satu keterampilan paling penting dalam hidup dan pekerjaan. Artinya setiap manusia memiliki kemampuan tersebut, tetapi balik lagi ke pilihan masing-masing: mau atau tidak?
Memang ada banyak cara dan metode lain untuk membuat kita belajar berkembang. Namun, tidak ada salahnya mencoba untuk berinisiatif. Apa lagi jika sudah memutuskan untuk bergabung atau berpartisipasi dalam komunitas. Keterampilan inisiatif untuk dapat menggerakkan visi misi komunitas. Begitu pun dalam dunia pekerjaan. Bahkan, bekerja menuntut kita belajar inisiatif dan peka. Pastinya kita ingin selalu upgrade karier dan skill, kan?
Inisiatif sendiri memiliki dampak positif. Pada laman laman Roots of Action, seorang psikolog perkembangan, Marilyn Price-Mitchell, PhD. mengungkapkan, “Perilaku inisiatif dapat membantu individu untuk terdorong dan maju ke tujuan yang ingin dicapai, mengarahkan perhatian ke arah tujuan yang menantang dan membantu diri untuk mengatasi rintangan.”
Rasa-rasanya hidup kurang seru dan tidak menantang jika tidak membuat gebrakan, kan, ya? Mulai sekarang mari kita belajar Inisiatif!
Tentukan Target/Plan Masa Depan
Bersikap inisiatif artinya kita melakukan sebuah tindakan. Ada sesuatu yang tadinya tidak bergerak menjadi bergerak. Mungkin sebelumnya kita terlalu banyak diam dan sibuk menunggu. Ketika kita ngerasa hidup begini-begini saja, Sudah saatnya untuk bersikap inisiatif. Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah menentukan tujuan masa depan maupun jangka panjang.
Aku pribadi adalah tipe orang yang tidak suka ketika hidup hanya mengikuti alur. Sebagai manusia kita diberikan kesempatan untuk menciptakan kehidupan yang lebih bermakna. Salah satu hal yang aku lakukan adalah dengan menentukan tujuan. Salah satu target yang ingin dicapai dalam jangka panjang ke depan adalah menjadi seorang penulis.
Nah, ketika kita sudah punya tujuan, kemudian kita perlu memecah tujuan itu menjadi potongan-potongan kecil. Potongan kecil tersebut nantinya menjadi target kecil yang akan menunjukkan progres kita dalam mencapai tujuan utama. Contohnya:
- Tujuan Utama: Penulis
- Target Kecil:
- Post blog satu pdkan satu kali
- Menulis microblog di Instagram
- Membuat buku solo
Ketiga target kecil tersebut, satu persatu dibuat jadwal dan tangget waktu. Jadwal dan tanggal waktu ini sebagai acuan kita untuk mengerjakan dan menyelesaikan target per target. Meskipun, kadang-kadang perencanaan tidak 100% sama dengan realitas. Sehingga tidak apa-apa jika mengalami penguluran waktu. Akan tetapi, kita tetap harus mengusahakan berjalan sesuai jadwal. Paling penting adalah kita bertanggung jawab terhadap tujuan kita sendiri.
Percaya Diri dan Berani!
Salah satu alasan kita sulit bersikap inisiatif karena: malu, takut, dan tidak punya keberanian mencoba hal baru. Aku pribadi pernah merasa malu dan takut untuk sekadar mengajukan diri, takut dibilang, “Kepedean banget, sih?”. Atau takut tidak bisa bertanggung jawab terhadap keputusan atau inisiatif yang sudah diambil. Namun, makin ke sini aku makin menyadari, sesekali kita perlu inisiatif untuk belajar.
Sebelum mengambil langkah untuk bersikap inisiatif. Kita analisis dulu kira-kira apa yang membuat kita takut dan malu untuk mengambil inisiatif? Dengan begitu kita akan menemukan beberapa risiko dan konsekuensi. Dan, mengambil inisiatif berarti siap menghadapi risiko dan konsekuensi. Pelajari masing-masing risiko dan mulailah untuk bersikap inisiatif. Lakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuan kita. Apa pun konsekuensinya, ini merupakan bagian dari proses.
Mengambil langkah inisiatif justru menjadi kesempatan untuk meningkatkan kepercayaan diri. Kita tidak bisa hidup dikekang oleh rasa insecure. Kita perlu berani mengambil risiko dan konsekuensi. Gagal dan kecewa itu pasti akan kita alami dalam hidup. Akan tetapi, dari kegagalan dan kekecewaan merupakan proses pendewasaan diri. Bersikap inisiatif artinya kita percaya bahwa mimpi kita dapat terwujud.
Problem Solving
Sering kali kita merasa terbebani dengan masalah yang terjadi. Makin hari kita dibuat sesak dan berat oleh masalah. Ketika datang masalah, tidak ada persiapan bagi kita untuk menghadapinya. Sebab, kita mana pernah tahu kapan masalah itu datang. Kita selalu mengeluh dan mengutuk masalah. Masalah adalah musuh bebuyutan.
Memang betul bahwa kita tidak pernah mengetahui kapan datangnya masalah? Akan tetapi, masih banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa masalah merupakan bagian dari kehidupan. Artinya kita hidup berdampingan dengan masalah. Wajar jika hidup terasa berat karena kita memandang masalah sebagai musuh. Wajar jika hidup terasa terbebani karena kita selalu mengeluhkan masalah.
Padahal adanya masalah dalam hidup merupakan kesempatan untuk kita belajar inisiatif. Inisiatif mengajarkan kita untuk menyelesaikan masalah lebih awal. Biasanya kita akan membiarkan masalah terlalu larut sampai-sampai masalah itu terasa sulit untuk diselesaikan, padahal kita bisa menyelesaikan yang lebih awal. Akan tetapi, ketika masalah datang pertama kali, kita malah denial dan menyalahkan keadaan.
Sikap penolakan terhadap masalah tersebut lah yang membuat kita terjebak dalam masalah itu sendiri. Mulai sekarang jika kita sedang dalam masalah, Mari inisiatif menyelesaikan masalah. Awali dengan mengenali masalah, kemudian menerima bahwa masalah itu memang terjadi. Setelah itu temukan solusi dan penyelesaiannya. Jika kita sudah terlatih problem solving, maka ke depannya akan mudah bagi kita untuk bersikap inisiatif.
Mulai dari Diri Sendiri!
Pada akhirnya ketika kita ingin memulai sesuatu yang baru, harus dimulai dari diri sendiri. Sesederhana menjadi orang yang bertanggung jawab. Tepat waktu terhadap jadwal harian sendiri. Konsisten terhadap target-target kecil yang kita buat. Jadi, sebelum kita bersikap inisiatif terhadap skala yang lebih besar. Sesekali kita perlu inisiatif terhadap diri sendiri.
Mulai dari menjaga kesehatan baik fisik maupun mental. Kemudian menjaga pikiran dan hati agar tetap positif. Bagaimanapun untuk mengambil inisiatif, kita perlu percaya diri dan yakin bahwa kita mampu melaluinya. Masalah pasti akan ada, tetapi dengan mengambil inisiatif kita sudah membuktikan bahwa kita adalah pembelajar dan pemberani.
Hal ini pun aku lakukan sampai saat ini. Pertama kali aku belajar inisiatif ketika bergabung dalam komunitas membaca. Siapa sangka dari langkah inisiatif yang aku ambil mempertemukan aku dengan pengembangan diri lain yang ku punya. Awalnya aku hanya suka menulis, ketika inisiatif ternyata aku suka ngomong juga. Tidak hanya itu, dari inisiatif tersebut membuat Aku makin cinta dengan membaca.
Sikap inisiatif telah aku jalani tiga tahun belakangan. Dampaknya Aku punya kepercayaan diri yang stabil. Akan tetapi, aku menyadari terlalu inisiatif ternyata tidak baik. Ada beberapa momen yang membuat aku merasa seperti orang egois. Akhirnya aku belajar untuk menyeimbangkan inisiatif agar tidak terlalu berlebihan. Well, di sini pula inisiatif mengajarkan aku untuk menekan ego.
SESEKALI kita perlu inisiatif, dong! Jujurly, aku bergabung di dua komunitas yang berbeda dan aku berpartisipasi sebagai pengurus di dua komunitas tersebut. Aku belajar bahwa inisiatif itu sangat penting. Kerjasama dengan orang pasif rasanya cape banget. No response, padahal kita sudah excited dan on fire. Oleh karena itu, rilis lah artikel ini.
—
Referensi:
- https://upgraded.id/cara-menumbuhkan-inisiatif
- https://www.youthemployment.org.uk/what-is-initiative-and-why-is-it-important/
- https://klikpsikolog.com/membangun-perilaku-inisiatif-pada-anak-remaja/
Posting Komentar