Preview

Hai, selamat datang di Neng Vina! Di blog ini kamu akan menemukan tulisan seputar kehidupan dan pengembangan diri. Barang kali kamu tidak akan merasa sendirian setelah membaca tulisanku. Enjoy my blog! 🧁

Belajar Mengakui Kesalahan Sendiri

Manusia melakukan kesalahan
AKU merupakan seseorang yang sering melakukan kesalahan, entah disengaja ataupun tidak. Memang, namanya manusia tidak luput dari kesalahan. Kadang-kadang suka sebel sendiri ketika melulu melakukan kesalahan. Maksudku, kapan belajarnya? Lama-lama aku merasa layak—sudah seharusnya melakukan kesalahan. Terdengar pesimis dan menyebalkan, kan? Sama, aku juga sebel.

Nah, belum apa-apa sudah menghardik diri sendiri. Tulisan ini berangkat dari kejadian kecil yang tidak begitu berarti, tetapi memiliki dampak yang lumayan kena mental. Intinya dari kejadian itu berakhir pada rasa malu dan membodohi diri sendiri. Sebab, sibuk menyalahkan orang lain atas kesalahan kita, hanya akan membuat diri kita terlihat lebih antagonis.

Hehe. Aku tidak bisa cerita di sini lengkapnya.

Sebetulnya kejadiannya sederhana, tetapi aku sangat merasa malu karena hal itu terjadi di tempat banyak orang. Dari sini aku belajar untuk lebih sadar dan tahu diri. Entah mereka yang tidak menangkap konteks. Atau memang aku yang masih memberi makan ego. Entahlah, yang penting aku sekarang belajar mengakui kesalahan sendiri.

Betapa Sulit Belajar Mengakui Kesalahan Sendiri 

Bukan hal yang mudah untuk akhirnya kita bisa mengakui kesalahan. Biasanya kesalahan terjadi ketika kita bersikap kurang baik atau merugikan orang lain. Kadang-kadang aku bertanya, "Mengapa manusia jadi tempatnya melakukan kesalahan?". Bukankah itu hal yang negatif, ya? Sebab, ketika setelah melakukan kesalahan, perasaan kita jadi tidak enak.—itu kalau kita sadar kesalahan sendiri.

Aku adalah orang yang sangat sadar ketika aku melakukan kesalahan. Bahkan, bisa saja aku menyalahkan diri sendiri atas sesuatu yang sebetulnya bukan salahku. Persepsi ini berangkat dari masa laluku. Aku punya masa lalu yang sering berbuat salah, entah disengaja ataupun tidak. Akan tetapi, yang paling membekas sampai saat ini adalah perkataan: ‘enggak guna’, ‘enggak bisa diandelin’, dan ‘bisanya apa, sih?’.

Perkataan-perkataan tersebut yang memicu sikap emosi dalam merespons kesalahan di masa depan. Oleh karena itu, meskipun kesalahan yang kulakukan sangat kecil, bisa berdampak sangat besar terhadap respons emosiku. Aku bisa membodohi dan menyalahkan diri sendiri. Cape, sangat cape. 

Meskipun begitu, aku tidak mau menyalahkan masa lalu atas respons atau perilaku aku saat ini. Bagaimanapun tindakan yang terjadi saat ini merupakan kesalahanku. Pun, dalam mengakui kesalahan, perlu diperhatikan betul-betul langkahnya. Tidak mengakui kesalahan memang kurang tepat, terlalu menyalahkan diri sendiri pun kurang tepat. 

Banyak alasan yang membuat kita sulit mengakui kesalahan. Sulit tidak bisa dijadikan alasan untuk kita menyerah pada keadaan. Bagaimanapun kita adalah manusia yang perlu belajar. Salah satu pelajaran sulitnya adalah belajar mengakui kesalahan sendiri. Namun, sebelum mempelajarinya, kita perlu mengetahui alasan betapa sulit mengakui kesalahan sendiri.

Betapa sulit mengakui kesalahan

Ego dan Gengsinya Tinggi

Setiap manusia punya ego dan manusia punya kendali untuk mengelola ego. Untuk agar ego itu tidak menjadi gengsi yang terlalu tinggi. Terkadang ketika seseorang memupuk gengsinya terlalu tinggi, akan sulit baginya untuk merendah. Baginya mengakui kesalahan hanya akan merendahkan harga dirinya, membuatnya terlihat lemah. Ego, kok, dikasih makan? Ego harusnya dikendalikan, biar tidak gengsian!

Takut Menerima Akibatnya

Kesalahan baik dilakukan secara sengaja maupun tidak, masing-masing akan memiliki risiko dan konsekuensinya. Kebanyakan orang terlalu takut untuk menerima akibat dari kesalahan yang dilakukan. Tidak siap dengan sanksi sosial. Dia berpikir dengan tidak mengakui kesalahan, akan mempertahankan kenyamanannya, padahal tidak juga.

Merasa Benar

Ketika seseorang sudah meyakini bahwa apa yang dia persepsi atau asumsikan adalah paling benar. Jangankan kesalahannya sendiri, dia bisa menyikat argumentasi yang berbeda dengannya. Jika sudah menyangkut keyakinan diri, memang sangat sulit baginya untuk mengakui kesalahan yang telah dia perbuat. Orang-orang yang selalu merasa dirinya benar, akan sulit baginya untuk menghargai orang lain.

Langkah-Langkah Belajar Mengakui Kesalahan Sendiri 

Semua orang pernah melakukan kesalahan. Akan tetapi, tidak semua orang mau mengakui kesalahannya. 

Memang akan selalu ada alasan—bahkan—di balik kesalahan yang terjadi. Baik disengaja maupun tidak disengaja, kadang-kadang kita suka lupa untuk menyadari kesalahan itu milik kita. Maka hal pertama sebelum melakukan langkah-langkah belajar mengakui kesalahan sendiri. 

Belajar mengakui kesalahan sendiri

Memandang Objektif

Setelah kita sadar akan kesalahan yang telah diperbuat. Kita harus pahami bahwa akan selalu ada risiko dan konsekuensi dari perbuatan kita. Langkah pertama dalam mengakui kesalahan adalah dengan menerima. Artinya kita tidak bersikap denial ataupun menolak fakta yang terjadi. Sering kali seseorang yang sulit mengakui kesalahan, biasanya akan berbelit-belit. 

Ketika dirasa kita melakukan kesalahan atau membuat orang tidak nyaman dengan sikap kita. Sebaiknya kita kenali dulu kondisi sekitar. Memandang situasi dari sudut pandang objektif, bukan subjektif. Sebab, kalau kita hanya memandang dari sisi kita sendiri, tentunya kita hanya berasumsi sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan rasakan. Sementara, orang lain pun dapat merasakan dampak dari perbuatan kita.

Ketika melakukan kesalahan, jangan terlalu berbelit-belit atau banyak alasan untuk berkilah. Jika fakta telah mengungkapkan kesalahan diri kita, sementara kita sibuk mengelak. Tindakan seperti ini hanya membuat kita terkesan negatif dan antagonis di mata orang lain. Meskipun sebetulnya kita tidak perlu terlalu mementingkan asumsi orang lain terhadap diri kita. Akan tetapi, kita perlu belajar mempertanggungjawabkan kesalahan kita yang berdampak pada orang lain.

Coba untuk Introspeksi Diri

Memang bukan hal mudah untuk belajar mengakui kesalahan sendiri. Namun, kita harus bertanggung jawab terhadap perbuatan kita. Bukankah sikap yang salah, harus diakhiri dengan sikap yang benar? Jika kita berbuat salah, kemudian kita mengakhiri kesalahan itu dengan sikap yang salah pula (denial). Sama saja kita menimbun kesalahan dengan kesalahan. 

Belajar mengakui kesalahan sendiri berarti kita akan memberi ruang bagi diri kita untuk introspeksi. Tidak ada salahnya menelaah kesalahan yang telah diperbuat. Dianalisis sebetulnya apa, sih, yang memicu kita melakukan kesalahan itu? Dan, kalau kita sempat denial, alasan apa yang membuat kita sulit mengakui kesalahan? Pelajari semuanya. 

Sadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna, begitu pun kita. Bukan hanya kita yang melakukan kesalahan, melainkan orang lain juga melakukan. Akan tetapi, yang membedakan kita dengan orang lain bisa jadi karena kita mau menerima kesalahan dan introspeksi diri. Lagi pula, introspeksi diri membantu mengenali diri kita sendiri, lo!

Try to Say, "Sorry."

Salah satu frasa yang masih banyak orang malu dan gengsi untuk mengatakannya adalah, “Maaf.”. Oleh karena itu, banyak orang jadi sulit untuk mengakui kesalahan karena sulit untuk mengatakan maaf. Seseorang berpikir dengan meminta maaf artinya kalah. Padahal, kesalahan dan maaf adalah satu kesatuan yang utuh dan sempurna. Bayangkan jika kesalahan disatukan dengan penolakan, jadi negatif, kan?

Kita juga perlu mengakhiri kesalahan kita dengan meminta maaf. Ketika kita tidak bisa memperbaiki kesalahan, maka kita harus meminta maaf. Pun meski kesalahan itu bisa kita perbaiki, sebetulnya kita tetap harus mengungkapkan maaf. Maaf sebagai tanda kita sadar dan mengakui kesalahan.

Jika dirasa masih sulit untuk mengungkapkan kesalahan. Inilah waktu yang tepat untuk tidak gengsi atau malu meminta maaf. Meminta maaf itu sama sekali tidak merendahkan diri kita, kok, justru meminta maaf adalah bentuk kebijaksanaan diri kita. Buang semua stigma negatif tentang kata maaf. 

Mungkin tidak akan semua orang bisa memaafkan kita. Akan tetapi, itu menjadi urusannya bukan urusan kita. Urusan kita adalah memperbaiki kesalahan dan mengungkapkan maaf. Setidaknya kita sudah tulus meminta maaf. Terlepas dari maaf kita diterima atau tidak, tidak apa-apa karena ini bagian dari resiko dan konsekuensi. Tentunya hal ini bisa dijadikan acuan untuk kita belajar dari kesalahan. 

Mengevaluasi: Belajar dari Kesalahan

Namanya manusia memang tidak luput dari kesalahan. Akan tetapi, bukan berarti kita bisa semudah itu dalam melakukan kesalahan. Kita memang bukan nabi yang begitu mulia kedudukannya. Namun, nabi juga manusia biasa yang melakukan kesalahan. Sebetulnya aku agak kurang setuju dengan kalimat viral saat ini, “Wajar kalo manjsia salah, kita bukan nabi, boy!

Menurut aku, kalimat itu hanya sebagai alibi untuk bermudah-mudahan dalam melakukan. Padahal, salah satu kehadiran Nabi di kehidupan adalah bukankah untuk diteladani sikap dan karakternya? Memang kita sangat beda jauh dengan nabi, tetapi bukan berarti kita bisa terus melakukan kesalahan. Jika begitu, Kapan belajarnya?

Manusia bisa jadi lebih baik karena belajar dari kesalahannya. Namun, manusia yang bijaksana ketika dia tidak mengulang kesalahan yang sama—meskipun bagi aku pribadi ini masih sulit. Kesalahan menjadi ajang diri kita untuk introspeksi diri dan mengevaluasi diri. Dari beberapa buku motivasi kehidupan yang aku baca, bahwa masalah itu jadi tempat belajar menjadi manusia.

Wajar ketika kita merasa malu karena melakukan kesalahan. Justru itu bagus dan jadi langkah yang baik untuk mengevaluasi diri. Dengan belajar mengakui kesalahan sendiri, maka ini waktunya untuk melakukan evaluasi. Mengevaluasi untuk meminimalisir agar kesalahan tidak terulang kembali. Berkomitmen untuk lebih berhati-hati lagi dalam bersikap. 

Admit your mistake and you'll get better. 

PADA AKHIRNYA, kita harus berdamai dengan kesalahan kita sendiri. Mungkin kita bisa berbesar hati untuk mengakui kesalahan, tetapi bukan berarti kita melulu menyalahkan diri sendiri. Kita memang perlu untuk mengakhiri maaf atas kesalahan kita, tetapi bukan berarti kita menjadi people pleasure. Semua yang kita lakukan ada porsinya. 

Belajar mengakui kesalahan sendiri menjadi pelajaran paling berharga, terutama dalam hidup aku. Tahu tidak? Kehidupan yang sempurna itu bukan kehidupan tanpa masalah atau kesalahan. Kehidupan yang sempurna itu adalah kehidupan yang bermakna. Salah satu cara memaknai kehidupan adalah dengan belajar dari masalah dan kesalahan. 

Posting Komentar