TERUNTUK para manusia yang lupa caranya menangis. Selama hidup dikekang oleh persepsi tidak manusiawi. Menganggap air mata adalah simbol kelemahan. Kadang-kadang suara hati terasa perih, tetapi egonya berteriak menggelegar. Pada akhirnya, air mata hanya disimpan di balik mata, tidak ada gunanya.
Jika ditanya kapan terakhir kali kamu menangis, apakah kamu mengingatnya? Biar kutebak, beberapa bulan lalu? Beberapa tahun lalu? Atau… tidak pernah? Kamu masih manusia, kan? Bukankah manusia punya emosi yang mesti diekspresikan? Setahuku, menangis merupakan salah satu respons beberapa emosi yang kita miliki sebagai manusia.
Aku paham betul alasan kamu lupa caranya menangis karena aku juga merasakannya. Kita sama-sama tumbuh di lingkungan (keluarga dan sosial) yang menuntut untuk tidak menangis. Biar kuingatkan, waktu kecil ketika menangis, kamu pasti langsung dibentak dan dimarahi, kan? Bahkan, kadang-kadang diancam jika tidak mau berhenti menangis. Begini bunyinya, “Bisa diam enggak?! Nanti dicabein mulutnya kalo enggak diem!”
Soalnya aku pernah dicabein waktu tidak berhenti menangis, haha. Jika dipikir-pikir, ya, lucu, sih. Namun, dari situ muncul persepsi menangis adalah sesuatu yang mengundang intimidasi. Bahkan didukung dengan stigma masyarakat: menangis pertanda cengeng dan lemah. Atau, jika kamu lelaki, lebih-lebih lagi dipenjara oleh persepsi. Kita memang hidup di masyarakat yang terlalu mengintimidasi emosional.
Ketika kamu merasa terlalu berat dan terbebani, mungkin kamu Sudah lama tidak menangis.
Menangis Juga Bagian dari Diri Manusia
Kita berhak menangis. Baik perempuan maupun lelaki, dari muda hingga tua. Kita berhak untuk menangis karena kita adalah manusia. Tuhan menciptakan manusia bukan hanya fisik luar dan organ dalam, ada satu elemen tidak terlihat: emosional. Ketika Tuhan memberikan, artinya kita harus memanfaatkan, kan? Namun, mengapa kita masih mau diintimidasi stigma masyarakat? Masih dikekang oleh persepsi tidak manusiawi?
Dilansir dari Verywell Health, sebuah statistik menunjukkan bahwa perempuan menangis sebanyak 5,3 kali per bulan, sementara lelaki hanya 1,3 kali per bulan. Jelaskan hal tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial dan peran gender.
Menangis sendiri ada beberapa jenis. Pertama, air mata refleks akibat debu, kupasan bawang, kena angin, atau semacamnya. Ada pula air mata terjadi karena emosional. Hal ini menunjukkan bahwa menangis merupakan hal yang wajar karena memang ada penyebab di baliknya. Sayangnya masih banyak dari kita memilih untuk memendam dan menumpuk menjadi sampah: emosi negatif.
Artinya, menangis juga bagian dari diri manusia. Pernyataan tersebut tidak boleh kita sangkal. Namun, kita juga tidak bisa menyalahkan orang lain atas persepsi yang salah. Bagaimanapun ketika dewasa kita diberikan pilihan dan kesadaran untuk berubah. Memang bukan hal mudah karena kita terbiasa tumbuh, dipaksa kuat tanpa menangis. Sekarang saatnya kamu memanusiakan diri kamu sendiri.
Mengekspresikan Perasaan dan Membutuhkan Dukungan
Pada dasarnya, menangis tidak hanya berorientasi pada kesedihan. Alasan seseorang menangis bisa jadi karena bahagia, terharu, atau bahkan merasa takut berlebihan. Kadang kala kita berada di situasi yang mengharuskan untuk menangis. Seperti acara pesta pernikahan, wisuda, perpisahan, ataupun acara-acara yang bersifat emosional. Jadi, air mata tidak hanya bermakna kesedihan.
Memang di luar sana ada seseorang yang terlalu sensitif dan mudah sekali menangis. Masing-masing orang memiliki sensitivitas yang berbeda. Dan tidak ada yang salah dengan sensitivitas tersebut. Terlalu sensitif bukan berarti cengeng, melainkan dia memiliki kecerdasan emosional yang baik. Namun, jarang menangis bukan berarti tidak cerdas secara emosional. Sebab, semua orang memiliki cara sendiri untuk peduli dengan orang lain.
Tidak perlu ragu untuk mengeluarkan air mata, selama dibutuhkan. Itu lebih baik daripada kita memendam dan menjadi sampah emosional yang sewaktu-waktu bisa meledak. Menangis merupakan sebuah sinyal bahwa kita membutuhkan dukungan orang lain secara emosional. Manusia, kan, merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya. Artinya, ketika ada seseorang di sekitar kita yang menangis, Tidak ada salahnya kita bersimpati tanpa harus menjustifikasinya.
Peneliti dan profesor psikologi dari University of South Florida, Jonathan Rottenberg menyatakan bahwa menangis adalah bahwa menangis adalah sebuah sinyal yang diberikan kepada orang lain menandakan kamu butuh untuk berbagi. Pahami bahwa menangis juga bagian dari diri manusia.
Menenangkan dan Meminimalisir Rasa Sakit
Perasaan emosional yang kemudian diekspresikan melalui menangis akan memicu pelepasan endorfin. Pelepasan hormon endorfin mengurangi perasaan tertekan dan meminimalisir perasaan tidak nyaman. Sehingga keduanya berkontribusi dalam mengurangi rasa sakit tubuh yang timbul secara alami. Selain itu, menangis juga mengaktifkan sel saraf parasimpatis yang bertanggung jawab untuk relaksasi dan pemulihan. Sehingga membuat kita jadi lebih tenang.
Bahkan tubuh kita pun sudah punya proses tersendiri untuk mengatasi emosional. Namun, karena kita terlalu sering memendam dan enggan untuk menangis. Tubuh kita seakan-akan tidak diberikan kesempatan untuk memproses hormon-hormon yang seharusnya dilepaskan. Melepaskan hormon endorfin dan juga mengaktifkan sel saraf parasimpatis merupakan sistem kerja otak. Jika kita menahan diri untuk menangis, artinya kita mengurangi sistem kerja otak untuk bekerja.
Menurut buku Self Empowerment by NLP, kita harus memerintahkan otak untuk bekerja supaya tetap sehat. Akan tetapi, bukan berarti kita harus terus-menerus menangis tanpa adanya konteks. Harus diatur porsinya karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Dan bukan berarti kita mengandalkan tangis untuk menyelesaikan masalah. Menangis merupakan solusi mengatasi masalah emosional. Namun, kita perlu mencari solusi atas masalah yang terjadi di realitas.
Melepaskan Hormon Stres dan Menjaga Kelembapan Mata
Ketika menangis, tubuh kita juga melepaskan hormon kortisol yaitu dapat mengeluarkan hormon stres. Sel saraf parasimpatis yang aktif pun dapat mengurangi stres. Studi menunjukkan bahwa air mata emosional lebih banyak melepaskan hormon stres daripada jenis air mata lainnya.
Aktifnya sistem parasimpatis dan terlepasnya hormon kortisol juga dapat menyehatkan tubuh. Keduanya membuat diri kita terasa lebih baik dan lega. Selain itu, menangis juga berdampak baik terhadap mata kita. Menangis menjaga mata kita tetap lembap.
Air mata kita mengandung antibakteri yang bersifat mikroba, selain dapat melembapkan, mata jadi lebih sehat dan bersih. Antibakteri dalam air mata kita pun mengandung enzim yang disebut dengan lisozim. Lisozim sendiri mampu mencegah infeksi dengan mengeluarkan kuman-kuman berbahaya. Penelitian pada tahun 2015 mengatakan bahwa lisozim dapat membuat mata bersih dan meminimalisir risiko seperti antraks.
AKAN selalu ada alasan di balik kita menangis. Namun, apakah kamu pernah menangis atas sesuatu hal yang kamu sendiri tidak tahu alasannya? Artinya kamu sudah terlalu lama memendam perasaan di dalam diri kamu. Tanpa disadari, menangis membantu mengenali diri kita sendiri. Terkait apa yang sebenarnya terjadi dalam diri dan hidup kita.
Ketika menangis kita membutuhkan dukungan emosional dari orang lain. Akan tetapi, kadang kala tidak ada yang peduli dan mengerti. Aku memahami alasan kamu tidak menangis karena percuma, tidak akan ada yang peduli. Pada akhirnya, kamu menangis karena tidak ada yang mengerti. Bagaimana kalau kita ubah persepsinya?
Daripada menangis untuk orang lain, mengapa kita tidak coba menangis untuk menguatkan diri kita? Menangis juga bagian dari diri manusia. Manusia juga berhak untuk menangis, untuk menjadi lebih kuat, dan untuk lebih menghargai diri sendiri dan orang lain. Rayakan menangis tidak melulu harus dengan orang lain, kadang kita perlu merayakan nangis sendirian saja.
—
Referensi:
- 11 Benefits of Crying: Why It’s Good for Your Mind and Body - Verywell Health
- Eight benefits of crying: Why it's good to shed a few tears - Medical NewsToday
- Menangis, Adakah Manfaatnya? - Bengkel DJKN
Posting Komentar