Preview

Hai, selamat datang di Neng Vina! Di blog ini kamu akan menemukan tulisan seputar kehidupan dan pengembangan diri. Barang kali kamu tidak akan merasa sendirian setelah membaca tulisanku. Enjoy my blog! 🧁

Cara Memanfaatkan Media Sosial dengan Baik

Media sosial
MEDIA SOSIAL jadi tempat aku mencari hiburan dan berkreasi. Saat ini aku berusaha untuk tidak terlalu aktif di media sosial, kecuali kebutuhan konten. Siasatku agar pengalaman bermedia sosialku terasa sehat, dengan mengonsumsi konten yang baik 

Salah satu hal yang aku sendiri masih berusaha kurangi adalah durasinya. Aku sudah membuat kesepakatan. Baru boleh buka media sosial setelah segala prioritas selesai. Bisa dikatakan media sosial sebagai makanan penutup dari makanan berat yang sudah kukonsumsi seharian. 

Banyaknya pengguna media sosial, menjadi salah satu tantangan tersendiri. Sebab, apa yang orang lain lakukan di media sosial di luar kendali aku. Aku hanya bisa mengendalikan etika dan kebijakan aku dalam bermedia sosial.

Sikap Penting di Era Digital: Cara Memanfaatkan Media Sosial dengan Baik

Pemanfaatan media sosial tentu berkaitan erat dengan etika. Etika merupakan sikap, tindakan, bagaimana cara kita merespons dan menghargai orang lain. Etika saat ini, tidak hanya berlaku di dunia nyata. Justru, di dunia maya perlu perhatian khusus. Nyatanya, sering kali kita menemukan  komentar negatif atau ujaran kebencian di laman media sosial.

Kadang, suka miris dan kesal sendiri kalau melihat atau tidak sengaja membaca kalimat negatif. Meskipun, hal itu ditujukan untuk orang lain. Namun, kalau kita tidak bijak, bisa saja kita terpengaruh, ‘kan? Atau bisa jadi malah terserap emosi negatifnya.

Alhasil, akibat ringannya jemari netizen berasumsi negatif, tidak sedikit menyerang mental orang lain, bahkan anak remaja.

Artinya, sebagai orang—terutama anak muda melek digital, harus paham apa saja langkah yang harus diperhatikan dalam bermedia sosial? Media sosial hampir sama dengan dunia nyata, yang mana kita dapat saling berinteraksi. Bedanya, media sosial jangkauannya lebih luas lagi karena kita bisa mengenal orang dari berbagai daerah.

Untuk jadi netizen yang budiman, kita harus tahu bagaimana cara menggunakan media sosial dengan bijak!
Cara memanfaatkan media sosial dengan baik

1. Posting Hal Baik dan Cek Lebih Dulu

Tujuan orang bermedia sosial pasti berbeda. Ada yang memang untuk personal branding, bahkan kerja, atau hanya sebagai daily activity. Apa pun tujuannya, selama itu baik, ya, tidak masalah. Namun, tujuan baik harus disikapkan dengan baik pula, ‘kan?

Terutama saat mau posting. Ya, memang, sih, kita punya hak atas media sosial kita dan bebas berekspresi. Namun, media sosial ini wadah sosial, bukan cuma kita, ada orang lain di media tersebut.

Sebelum posting, pastikan apa yang dibagikan adalah hal baik. Posting-an kita berpeluang memengaruhi orang lain. Mengingat algoritma media sosial sekarang cenderung merelevansikan posting-an dengan kebutuhan audiens. Jadi, harus berhati-hati.

Kita tidak pernah tahu, bagaimana kalau posting-an kita berdampak buruk terhadap orang lain? Tentu ini akan merugikan. Dan, kita bakal merasa jauh lebih bermakna ketika posting-an kita justru menginspirasi orang lain, kan? Yuk, belajar berempati dan tekan sedikit ego.

2. Berkomunikasi dengan Jujur dan Tidak Menyebar Hoaks/Kebohongan

Menjelang pemilu, sangat rentan dengan beredarnya Informasi kebohongan. Sehingga, sebagai netizen budiman harus tahu cara memanfaatkan media sosial dengan baik. Jangankan menjelang pemilu, di hari-hari biasa saja kita mudah sekali menelan mentah-mentah informasi.

Sekarang, kita bisa menilai seseorang hanya dari media sosial. Itu kalau orang yang kita nilai jujur dalam bermedia sosial. Jujur dalam berkomunikasi atau interaksi, jujur dalam menyebarkan posting-an, dan jujur dalam berkomentar. Namun, penilaian di media sosial tidak bisa seratus persen karena, media sosial terkadang bersifat manipulatif.

Walaupun persaingan di media sosial menjadikan susah untuk bersifat jujur. Namun, usahakan untuk tidak menyebarkan atau me-repost kebohongan. Saat ini sudah ada undang-undang yang mengatur soal penyebaran hoaks. Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”).

Bayangkan, kalau tiba-tiba ada orang lain—entah dikenal atau tidak—yang menyebarkan berita hoaks tentang kita. Semua orang percaya dan nama baik kita tercoreng.

Kita harus berpikir panjang ke depan soal informasi yang disebar. Apakah informasi dan sumbernya valid? Kalau valid, cantumkan juga sumbernya. Pastikan opini kita tidak memancing keributan massa.

3. Follow Akun Bermanfaat dan Bijak Mengonsumsi Informasi

Tidak berbeda jauh dengan poin sebelumnya. Selain kita membagikan hal baik dan bukan hoaks, cara memanfaatkan media sosial yang baik adalah dengan mengonsumsi Informasi dengan bijak. Ikuti akun-akun yang bersifat informatif maupun edukatif. Hiburan? Boleh banget, selama hiburan tersebut ada di koridor positif dan tidak merugikan orang lain. 

Supaya aktivitas bermedia sosial kita tidak sia-sia dan membuang-buang waktu, kita juga perlu memilah konten bermanfaat dan berguna untuk diri kita. Pastikan, konten tersebut dapat membantu kita untuk mengembangkan diri.

Bahkan, dari konten hiburan pun, kita mesti jeli dalam memahami konteks dan mengambil pelajaran. Jangan mudah menerima berbagai informasi, apa lagi berita buruk sensasional. Harus diselidiki dan ditelusuri, apa benar? Soalnya, zaman media sosial, makin banyak orang yang gampang salah paham.

4. Jangan Menghujat Orang Lain

Poin penting dan wajib banget dikasih perhatian lebih, bahkan perenungan khusus. Namanya manusia, ya, kadang suka tidak sadar apakah omongan kita akan menyakiti? Apa lagi kalau berbicara di media sosial dan ada jejak digitalnya, kan?

Cara memanfaatkan media sosial dengan baik, kita perlu hati-hati dalam berkomentar. Tidak hanya dari kolom komentar, bisa juga dsri posting-an, IGs, bahkan kolom direct message. Secara tidak sadar kita sudah jadi pem-bully, menyokong lebih banyak lagi kasus kekerasan verbal (verbal abusive). 

Kalau ada berita viral dan menyangkut urusan pribadi orang lain, lebih baik skip. Jujur, aku lumayan marah dengan hujatan netizen. Misal, nih, ada kasus selingkuhan, yang disorot fisiknya. Tanpa membela orang yang salah, tetapi kita harus fokus ke inti masalahnya bukan ke fisik. Harus bijak, dong. Apa lagi kalau hujatan ke orang yang tidak ada salah sama sekali, di-bully karena fisiknya.

Media sosial benar-benar membentuk karakter seseorang. Entah jadi baik atau sebaliknya. Orang mudah berkomentar di media sosial karena dia bisa menggunakan akun palsu dan tidak bertemu langsung. Dan, ini karakter orang pengecut.

5. Atur Waktu antara Main Medsos dan Prioritas

Cara memanfaatkan media sosial dengan baik salah satunya adalah dengan mengatur waktu. Penting banget bagi kita untuk bisa manajemen waktu antara menggunakan media sosial dengan prioritas. Memang, saat ini adalah era digital, yang mana segala aktivitas bisa dilakukan melalui teknologi. Jangan sampai waktu kita habis untuk bermedia sosial, tetapi bikin kita jadi tidak produktif. 

Misal kita punya pekerjaan atau kegiatan yang mengharuskan untuk tetap aktif di media sosial. Nah, tantangannya adalah bagaimana kita bisa tetap produktif terhadap kegiatan ataupun pekerjaan, tetapi berusaha untuk tidak scrolling media sosial. 

Ternyata fitur scrolling di tiktok/reels/shorts itu bisa bikin ketagihan? Sederhananya kita bisa kecanduan karena rasa ingin tahu. Rasa penasaran tersebut nantinya akan memproduksi dopamin di otak kita. Dopamin tersebut yang akan membuat kita jadi kecanduan karena sistem media sosial sekarang bersifat video pendek vertikal dan mengacu pada algoritma yang terpasang pada ponsel.

Apa lagi kalau punya kesibukan di dunia nyata. Harus bisa bedakan mana kebutuhan dan mana sekadar hiburan. Tentukan skala prioritas baru bisa menentukan waktu untuk bermain media sosial. Pola hidup pun jadi lebih sehat.

Bijak dalam bermedia sosial
KETIKA berinteraksi di media sosial, kita akan mengeluarkan hormon oksitosin? Saat berinteraksi dengan orang lain di media sosial akan memproduksi hormon oksitosin sebanyak 13%. Dan ini adalah persentase yang tinggi dan setara dengan perasaan saat menikah. 

Hormon oksitosin biasa diproduksi ketika sedang jatuh cinta, sayang, atau sedang berpelukan dengan orang lain. Bahkan, dengan hal itu kita bisa menyamakan media sosial dengan dunia nyata. Sehingga, kita jadi lebih mudah berempati, mencintai, dan peduli dengan orang-orang di dunia maya.

Di samping efek positif media sosial terhadap kinerja otak kita. Kita harus bisa mengendalikan pikiran dan emosi kita. Kenapa? Karena ketika kita menganggap media sosial sama dengan dunia nyata, hal ini berpeluang untuk membuat kita jadi lebih mudah self comparing atau membandingkan diri dengan orang lain.

Padahal, media sosial itu sifatnya bisa manipulatif, apa lagi kalau belum pernah bertemu. Orang yang sudah sering ketemu pun masih bisa manipulatif, kan?

Pada dasarnya, saat ini orang-orang sering menggunakan media sosial sebagai wadah untuk mengapresiasi diri. Misalnya membagikan penghargaan yang dicapai ataupun sesuatu yang dia miliki. Dan itu sah-sah saja, kok.


Kita juga harus belajar untuk tidak membandingkan diri dengan pencapaian orang lain. Setiap orang punya start dan finish-nya masing-masing. Kalau kita ngerasa tidak berkembang, mungkin masih belum memulai atau belum sampai titik selesai.

Jadikan kualitas diri lebih baik dengan memanfaatkan media sosial dengan baik, ya! 


Referensi

https://youtu.be/4zaxye5uqug?si=zNPOVRt045Skazz1

Lebih lamaTerbaru

Posting Komentar