NETIZEN, perkumpulan manusia fenomenal yang mendiami dimensi digital. Hampir dari kita adalah netizen karena kita pengguna aktif media sosial. Namun, kita ini bentuk netizen yang seperti apa, sih? Apakah kita termasuk netizen yang berkualitas?
Seperti yang kita tahu, pro dan kontra dalam kehidupan itu biasa. Begitu pula dengan dunia digital penuh huru-hara. Dengan polemik yang terjadi, mudah untuk menemukan bentuk variasi netizen.
Dari variasi tersebut, ada netizen baik hati ada pula netizen kurang baik. Memang, itu urusan mereka, tetapi kadang-kadang bisa jadi dampak buruk buat orang lain.
Misalnya, ada netizen yang tanpa sadar memprovokasi netizen lain. Ada juga netizen yang lihai dalam menghujat. Apakah seperti itu netizen yang berkualitas? Tentu bukan, ya!
Tip Jadi Netizen yang Berkualitas, Penting Banget!
Sadar tidak, sih, kalau netizen itu sudah seperti punya kekuatan untuk mengendalikan? Bahkan netizen sering disebut sebagai Si ‘Bos’ oleh para kreator digital. Netizen merupakan pasar besar yang menjadi acuan' para kreator dalam membuat konten.
Menjadi idealisme di masa sekarang ini memang susah-susah—eits, tetapi ada gampangnya. Namun, untuk mengikuti pasar, selama masih dalam koridor positif, tidak masalah. Akan tetapi, bagaimana kalau konten tersebut menjadi racun bagi konsumen alias netizen?
Kalau netizen dapat memilah-milah konten, sih, masih aman ya. Masalahnya bagaimana dengan netizen yang mencomot mentah-mentah tanpa dicerna? Bahaya banget, ‘kan.
Apa lagi dengan pasar yang luas banget saat ini, tidak sedikit para kreator digital yang mengenyangkan rasa lapar netizen karena netizen adalah ladang cuan. Itulah pentingnya tip jadi netizen yang berkualitas.
Netizen itu unik, kadang menyenangkan, kadang juga menyebalkan. Netizen itu cerminan dari suatu negara. Netizen itu kita. Netizen yang berkualitas adalah netizen yang bijak dalam menggunakan media sosial.
Sebagai manusia kita mesti berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi. Baik di dunia nyata dan di dunia maya. Untuk menjadi netizen yang berkualitas pun kita mesti berlaku baik dalam hal apa pun.
Menjadi baik adalah bagian dari sebuah kualitas. Kalau dipikir-pikir, daripada pilihan, netizen yang berkualitas itu adalah harapan.
1. Budayakan Membaca
Hal pertama untuk jadi netizen yang berkualitas, kita harus rajin membaca dari kata pertama sampai kata terakhir. Tidak boleh di-skip, apa lagi langsung baca komentar. Jauhi kebiasaan satu ini, ya!
Dari pantauan yang selama ini kulakukan, bahwa banyak sekali kericuhan dan perdebatan terjadi di kolom komentar karena kesalahpahaman. Mereka tidak membaca sampai habis, bahkan hanya membaca headline clickbait. Padahal kalau kita baca narasinya sudah jelas dan tidak ada yang perlu diperdebatkan.
Setelah membaca, penting juga untuk memahami poin-poin yang disampaikan. Jangan mudah mengambil kesimpulan tanpa disaring. Budaya membaca dan memahami itu amatlah penting.
2. Mengontrol Emosi
Manajemen emosi sangat penting berbagai netizen. Kadang kalau melihat informasi atau berita di media sosial suka bikin marah, ‘kan? Apa lagi media sosial jadi kasur paling empuk untuk menempatkan segala bentuk informasi.
Akhir-akhir ini kita tahu, bahwa banyak sekali berita-berita yang menguras tenaga dan pikiran. Kasus pembunuhan, tingkah petinggi yang lucu, dunia entertainment yang bergejolak, dsb. Dan, itu terjadi berturut-turut, tentu membacanya sangat berpengaruh terhadap emosi.
Kalau emosi tidak dijaga, bisa-bisa membawa pengaruh buruk bagi diri kita dan bahkan sampai ke dunia nyata. Kita bisa mengujar kebencian, bisa-bisa kita membagikan kalimat tidak senonoh.
Dengan mengontrol emosi, dipastikan kita tidak mudah terpancing sehingga dapat berpikir dengan jernih. Setidaknya bisa mengambil pelajaran dari kejadian terakhir ini.
3. Menjaga Ketikan
Dengan mengontrol emosi kita dapat menjaga ketikan. Namun, kadang-kadang bisa saja seseorang sembarangan mengetik dalam emosi yang stabil.
Selain jangan melempar diksi tidak etis, kita juga mesti hati-hati dan sopan dalam berkomentar. Tidak bisa semudah itu untuk asal, berkomentar.
Sering kali aku menemukan netizen dengan kata-kata yang bikin sakit mata. Bagaimana kalau ada anak di bawah umur yang membaca? Lalu, bagaimana kalau komentar tersebut membawa pengaruh buruk bagi netizen lain?
Apa yang kita lakukan baik secara lisan maupun tulisan akan dipertanggungjawabkan kelak. Usahakan untuk mengetik komentar yang baik supaya bisa jadi manfaat bagi orang lain.
Kalau ketikan negatif kita menyebar ke orang lain, bukankah kita akan mempertanggungjawabkan hal itu juga?
4. Krisar yang Baik
Dalam mengemukakan sebuah kritik, baik nasihat ataupun solusi harus disampaikan dengan baik pula. Gunakan kalimat yang tidak menggurui, jangan menyudutkan apa lagi menyalahkan secara terang-terangan.
Memberi kritik itu mendidik bukan menghardik. Memperbaiki yang salah, bukan menyalahkan yang salah. Caranya dengan memberi saran membangun. Lagi-lagi perhatikan pemilihan kata supaya tidak menyakiti orang bersangkutan.
Apa lagi saat ini, media sosial jadi tempat kritik paling memungkinkan dalam mengkritisi suatu permasalahan. Seperti data bocor, tetapi penanggungjawabnya mode YNTKTS, xixi, yang mana mereka meminta netizen untuk menjaga datanya sendiri.
Tahan, jangan emosi dan jaga ketikan, xixi.
Di sinilah kualitas kritik dan kualitas kita sebagai netizen diuji. Harus hati-hati dalam mengkritisi. Mengkritik pun tidak melulu melalui kata-kata, bisa dengan karya seperti animasi Tekotok dengan konten sarkasnya, bisa juga seperti Bintang Emon dengan stand up comedy,-nya, tetapi punya pesan mendalam.
5. Usahakan Jangan Menghujat
Plis, plis, plis, netizen berkualitas itu tidak menghujat, ya! Kalau ada sesuatu yang sekiranya tidak kita suka cukup di-skip, tidak perlu dihujat. Semudah itu.
Hanya saja, kengapa, ya, dari kita masih ada yang rajin dan lihai dalam menghujat? Tidak segan menjelek-jelekkan seseorang di muka media. Lihat yang menurut kita jelek langsung dibilang jelek.
Padahal selera orang berbeda dan tidak bisa disamaratakan. Kadang-kadang malah ada netizen yang saling menghujat. Melempar kata kasar yang bikin kena mental.
Pun, bukankah kalau kita menghina sama saja dengan kita adalah pem-bully, ya?
6. Abaikan Toxic Content
Media digital memang memudahkan segalanya, bahkan hal-hal negatif pun mudah sekali tersebar. Akhirnya tersebar konten-konten negatif yang dikonsumsi oleh netizen. Tentu saja, netizen yang berkualitas tidak makan racun, ya!
Kebanyakan dari kita terhibur oleh konten-konten yang tidak ada isinya. Bahkan, netizen suka sekali hal-hal berbau drama dan sensasi. Ketika drama, sensasi, dan klarifikasi bersatu maka bom nuklir meledak!
Untungnya pasokan netizen yang berkualitas masih banyak pula. Masih berdayakan konten-konten kreatif nan edukatif sehingga masih terpelihara. Artinya netizen yang satu ini dapat memilah-milah tontonan.
Memilih konten untuk kita baca atau tonton itu penting. Apakah konten tersebut bermanfaat buat kita? Apakah konten tersebut memberi kita makanan yang sehat?
Mengapa?
Ada sebuah rantai seperti ini: konten viral – netizen suka – diundang teve – netizen suka – kembali ke awal. Paham, ‘kan? Jadi, mau sampai kapan teve kita dipenuhi oleh figur dari pada toxic content?
7. NO HOAX!
Nah, ini. Hal ini sering banget terjadi di sekitar kita. Kebanyakan dialami oleh bapack-bapack dan ibuck-ibuck. Kadang-kadang masih ada anak-anak muda yang mudah termakan berita palsu.
Pentingnya validasi dan riset ketika membaca sebuah informasi yang bombastis. Bahkan bisa bikin kita ke-trigger. Melakukan riset dan validasi itu meningkatkan kualitas diri sebagai netizen, lo, karena wawasan jadi semakin luas.
Kalau malas riset dan validasi? Cukup diam saja, tidak perlu share berita meragukan tersebut. Jangan mudah termakan hoaks, apa lagi sampai ikut membagikannya.
NYATANYA tip jadi netizen yang berkualitas itu susah-susah gampang. Tinggal bagaimana kita bersikap, mau jadi bentuk netizen seperti apa? Namun, walaupun begitu, diharapkan kita semua dapat berusaha menjadi netizen yang berkualitas.
Kalau dari tip tadi, apakah kamu sudah memenuhi kriteria sebagai netizen yang berkualitas?
Posting Komentar