CARA MENERIMA PENOLAKAN dalam hidup, memangnya sepenting itu, ya? Apa kita tidak boleh marah saat mendapatkan penolakan? Ketika kita telah berusaha dan berkorban, katanya usaha tidak akan mengkhianati hasil?
Siapa di sini yang pernah mengalami penolakan? Bahkan belum melakukan usaha pun sudah ditolak. Meski itu hal yang wajar dan normal terjadi di kehidupan kita. Namun, setiap ada penolakan, akan ada hati yang teriris dan menyisakan tangis. Bahkan, bikin tidak bersemangat lagi.
Ketika kecil kadang kala permintaan ke orangtua tidak dituruti. Akhirnya kita marah dan menangis, tetapi emosi negatif tersebut tetap tidak akan mengubah keputusan orangtua..
Ketika remaja, mulai bertemu teman baru dan mengenal cinta. Tertarik pada lawan jenis. Pada awalnya kita berbunga-bunga, tetapi ketika perasaan kita bertepuk sebelah tangan. Kita akan kecewa dan menangis. Orang menyebutnya, patah hati.
Saat dewasa, kehidupan mulai berlaku keras. Mulai dari mencari pekerjaan, memperjuangkan masa depan, menjaga hubungan baik meski teman menyusut. Masa ini kita lebih sering mendapatkan penolakan, kadang kala kita menolak penolakan dan tidak menerimanya.
Selalu berkorban dan berjuang mencari pekerjaan, menaruh berkas lamaran dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Mengantre di bawah terik matahari. Bersaing dengan calon pekerja lainnya. Hampir satu tahap lagi. Akan tetapi, gagal, lamaran ditolak. Itulah hidup.
Bagaimana Cara Menerima Penolakan agar Hidup Lebih Tenang?
Ketika penolakan itu hadir, secara refleks kita akan sulit untuk menerima. Mungkin sebelumnya kita sudah membayangkan bahwa apa yang kita inginkan dan kejar akan kita miliki. Namun, realitas tidak semudah itu.
Penolakan di sini bukan hanya tentang perasaan diremehkan dan dianggap sebelah mata. Namun, lebih dari itu, penolakan bisa datang dari mana pun, dari siapa pun, bahkan orang terdekat. Ini merupakan cobaan tersendiri.
Penolakan itu wajar terjadi dalam kehidupan manusia. Tinggal bagaimana manusia itu mengolah dan menghadapi penolakan tersebut. Meskipun, masih banyak orang berujung tidak bisa berdamai dengan si penolak atau bahkan penolakan itu sendiri.
Dampaknya terhadap masing-masing orang memang berbeda. Tergantung kondisi mental dan bagaimana pengalaman hidup berlalu. Sebab, pola pikir dan karakteristik kita terbentuk karena pengalaman apa yang sudah terjadi di masa lalu.
Semua orang butuh proses untuk berdamai. Pun, setiap orang punya pilihan untuk pergi atau menerima dengan berdamai terhadap penolakan tersebut. Namun, bagaimana cara menerima penolakan dalam hidup, setidaknya merupakan salah satu proses pendewasaan.
1. Validasi Penolakan
Cara menerima penolakan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah memvalidasi penolakan tersebut. Mengamini bahwa penolakan itu memang ada dan hadir untuk kita. Perlahan-lahan akan lebih mudah bagi kita untuk menerimanya.
Mudah di sini, tetap melalui berbagai proses. Tidak hanya validasi penolakan, tetapi kita juga perlu mencoba dan belajar validasi respons perasaan terhadap penolakan.
Kalau dirasa kita marah, sedih, sakit, kecewa, akui semua perasaan itu. Kemudian ekspresikan perasaan tersebut dalam tulisan atau hobi lain. Bahkan tidak ada salahnya untuk menangis.
Kalau kita tidak memvalidasi penolakan dan respons perasaan tersebut. Akan lebih sulit bagi kita untuk berdamai dan move on. Pada akhirnya, kita hanya memendam dendam dan traumatis.
2. Urgensi Si Penolak
Ketika mendapatkan penolakan, kita punya opsi untuk menjauhi atau tetap berkomunikasi baik. Semua itu tergantung urgensi si penolak. Apakah dia benar-benar punya pengaruh penting dalam hidup kita?
Kalau tidak dan dia memilih menjauh, lepaskan. Kalau orang itu penting, kita perlu mengomunikasikan permasalah tersebut dan membuat kesepakatan yang tidak menyakiti kedua belah pihak.
Memang tidak mudah, tetapi ketika kita tetap menjalin komunikasi dan hubungan baik dengan seseorang yang pernah menolak kita, ini cara menerima penolakan yang bijak.
Bukan berarti orang yang tidak bisa menjalin komunikasi dengan orang yang pernah menolaknya, adalah hal yang remeh. Ingat, bahwa setiap orang punya cara berdamai yang berbeda.
3. Fokus pada Sesuatu yang Bisa Dikendalikan
Penolakan adalah sebuah tindakan yang terjadi di luar kendali kita. Lagian siapa sih yang mau menerima penolakan dengan sukarela? Cara menerima penolakan, coba deh untuk fokus pada sesuatu yang bisa dikendalikan.
Ketika mendapatkan penolakan, untuk menerima kita perlu memahami kalau penolakan bukan atas kendali kita. Penolakan terjadi pun bukan karena kita tidak pantas, tetapi bisa jadi bukan untuk kita.
Setiap orang punya haknya masing-masing, tetapi ada waktunya. Pikirkan hal-hal yang bisa dikendalikan, seperti mengendalikan diri untuk menghadap penolakan. Atau, meminimalisir rass kecewa akibat penolakan.
Nah, setelah memvalidasi, mulai fokus untuk meregulasi emosi-emosi tersebut. Yakini kalau kita bisa melalui hari-hari selanjutnya. Jangan berusaha untuk menghindari kenyataan, tetapi biarlah kenyataan itu singgah sampai akhirnya dia akan pergi sendiri.
4. Memandang Penolakan dari Perspektif Lain
Cara menerima penolakan dalam hidup, kita perlu memandang penolakan dari perspektif lain. Sulit karena secara otomatis pikiran kita akan mempertanyakan terkait mengapa penolakan itu terjadi? Bahkan cenderung mulai merendahkan diri sendiri.
Untuk pertama, tidak apa-apa kita berpikiran seperti itu. Namun, jangan terlalu larut dan bikin kita malah jadi tidak percaya diri dan menyalahkan diri sendiri. Coba tanyakan pada diri kita sendiri, pelajaran apa yang bisa diambill dari penolakan?
Bahwa tidak semua hal bisa kita miliki meski telah berusaha sekali pun. Di sisi lain, hal ini mengajarkan kita untuk berharap dan berekspektasi sesuai porsinya. Percaya, deh, penolakannya merupakan pelajaran hidup yang mahal.
Kadang, kita tidak perlu membenci seseorang yang menolak kita. Barang kali dia juga bingung dan merasa tidak enak. Apa lagi kalau dia sampai minta maaf karena menolak. Memaksakan sebuah penerimaan hanya akan saling menyakiti.
5. Sebuah Pilihan
Kok pilihan, sih? Bukannya tadi bilang kalau tidak ada seorang pun yang bisa menerima penolakan dengan sukarela, ya? Yup, betul! Namun, bukan itu poinnya. Sekarang mari kita sedikit memperdalam kronologis penolakan itu terjadi.
Sebuah penolakan terjadi karena adanya harapan. Jadi, memgapa ditolak rasanya sakit? Itulah sebabnya penolakan menyisakan rasa tidak enak. Ketika berharap, kemudian mendapatkan penolakan akan terasa sakit, apalagi kalau berlebihan, 'kan?
Artinya harapan akan menghadapi dua kemungkinan, sesuai ekspektasi atau sebaliknya? Itulah mengapa sebelum berharap, perlu memikirkan risiko dan konsekuensi. Kemudian, persiapkan diri terhadap apa yang harus dilakukan kalau tidak sesuai ekspektasi?
Hidup adalah pilihan. Meskipun kita tidak sepenuhnya sadar. Jangan pula menyalahkan diri sendiri karena manusia pasti akan melalui proses penolakan. Tinggal bagaimana cara kita menjalaninya saja.
Setiap orang punya cara sendiri dalam menerima penolakan. Belajar bahwa penolakan kadang kala tidak bisa dihindari, tinggal bagaimana kita menghadapinya. Kalau di kehidupan tidak ada penolakan, kita tidak pernah bisa berproses dan berkembang.
Mulai untuk belajar manajemen harapan. Sumber kekecewaan kalau ditelisik lagi bukan dari penolakan, melainkan karena harapan dan ekspektasi yang terlalu tinggi. Sesuatu kalau berlebihan, pada akhirnya akan menjadi beban tersendiri.
Nah, itu dia cara menerima penolakan dalam hidup. Memang tidak mudah, tetapi bukan berarti kita mesti berhenti dan jatuh. Terima saja pahit asamnya kehidupan karena terlalu banyak pelajaran hidup yang telah dan akan kita lalui.
Posting Komentar