Preview

Hai, selamat datang di Neng Vina! Di blog ini kamu akan menemukan tulisan seputar kehidupan dan pengembangan diri. Barang kali kamu tidak akan merasa sendirian setelah membaca tulisanku. Enjoy my blog! 🧁

Bersyukur di Tengah-Tengah Tekanan

Bersyukur di tengah-tengah tekanan
JANGAN mengharapkan kebahagiaan kalau kita saja masih sukar bersyukur. Manusia memang tidak sempurna. Namun, bukankah manusia diberi ruang untuk berusaha bersyukur?

Iya, manusia memang punya batasan emosi tersendiri. Akan tetapi, kita pun diberi kekuasaan untuk mengendalikan emosi. Kesabaran itu ada batasnya, aku percaya itu. Mengeluh juga hal manusiawi. 

Kalau kesabaran ada batasnya, mengeluh juga ada batasnya, ‘kan?

Apa Bisa, Bersyukur di Tengah-Tengah Tekanan?

Pernahkah kamu berada di situasi yang sangat sulit? Ketika kamu harus diimpit oleh keadaan dari berbagai sudut. Kepalamu mau pecah, dadamu sesak, tenagamu terkuras. Kala itu, tidak ada yang bisa kamu lakukan selain ingin teriak dan menangis.

Syukur-syukur masih bisa berteriak dan menangis. Bagaimana kalau kamu memaksa dirimu untuk tidak melakukannya? Berpikir bahwa kamu adalah sosok kuat. Baik-baik saja, padahal dunia sedang runtuh-runtuhnya. Sejatinya, kamu manusia yang punya masa lemah.

Orang suka lupa kalau dirinya adalah manusia. Namun, orang akan sepenuhnya sadar dan merasakan ketika masalah datang. Nahas, tidak semua orang memahami satu konsep kehidupan: manusia butuh masalah. Meski, manusia itu sendiri tidak menyukai masalah. Akan tetapi, kehidupan menyimpan banyak stok masalah.

Salah satu esensi bahwa kita membutuhkan masalah adalah bersyukur. Bersyukur itu bukan hanya saat kita dalam situasi yang baik-baik saja. Ada satu momen kalau kita berada di jalan buntu, kadang bersyukur adalah solusinya. Memang, tidak semudah itu. Butuh kebesaran hati dan penyerahan diri terhadap masalah.

Bersyukur, Kesederhanaan Menyenangkan yang Tidak Kita Sadari

bahagia itu sederhana
Saat dalam situasi tertekan, banyak masalah. Wajar kalau emosi yang muncul dalam diri kita adalah kemarahan dan kekecewaan. Ketika hampir seluruh diri kita diserap oleh masalah. Tidak jarang, mengganggu aktivitas sehari-hari dan membuat produktivitas tidak berkembang. Di keadaan tersebut, manusia mana yang akan baik-baik saja?

Aku pernah ada dalam masalah yang membuatku merasa dunia ini terlalu kejam. Seperti, aku ingin segera keluar, tetapi akal sehatku meminta untuk bertahan. Aku betul-betul mempertimbangkan risiko dan konsekuensi yang akan kuhadapi jika nekat keluar. Sementara, aku hanya perlu bersabar untuk bertahan sampai waktu itu tiba. Kemudian, aku akan keluar di waktu yang tepat.

Aku memikirkan cara agar kuat bertahan dengan segala tekanan yang ada. Kemudian, aku coba menelisik hal-hal baik di sini yang aku dapatkan secara nyata. Jika aku bertahan, produktivitasku berjalan, pemasukan lancar, fasilitas memadai, dan orang-orang di dalamnya pun orang-orang baik yang jarang ditemukan di luar sana. Lantas, mengapa aku harus tidak bersyukur?

Jauh di lubuk hati, tidak bisa dibohongi ada perasaan tidak enak yang membuatku tidak tahan. Namun, aku sadar itu adalah bagian dari egoku. Kemudian aku berpikir bahwa hidup ini tidak selamanya tentang senang-senang. Kadang, aku perlu untuk merasa tidak aman. Mungkin jika masa tidak aman—masalah itu tidak ada, aku akan jadi orang yang tidak tahu caranya bersyukur.

Siapa Bilang Kita Tidak Boleh Mengeluh?

Ada waktunya mengeluh, kok. Kemudian memulihkan keluhan paling efektif, ya, dengan mensyukuri apa-apa yang kita keluhkan. Misalnya, aku mengeluh karena mataku membuatku susah untuk eksplor ke mana-mana. Namun, karena aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku pun belajar mensyukuri dan menggali hal baik di balik kekurangan mataku. Kalau mataku normal, mungkin aku akan menghabiskan uang untuk jajan ke depan SD dan PKOR dekat rumah.

Artinya kita perlu mengatur waktu mengeluh agar sesuai porsi. Mengeluh sebagai bentuk bahwa kita juga manusia yang tidak sekuat itu. Perlu disadari pula, kalau mengeluh terus-menerus juga akan berdampak tidak baik buat diri dan kehidupan kita. Selalu mengeluh tidak akan mengubah keadaan, mengeluh merupakan reaksi emosi kita terhadap situasi/keadaan.

Mengeluh bisa jadi salah satu ajang menyadari bahwa kita memang punya masalah. Mengeluh membantu kita menerima bahwa kita sedang dalam masalah. Namun, jika masalah melulu dikeluhkan akan terasa berat dan menambah beban. Sebab, ketika sibuk mengeluh, kadang kita lupa untuk mencari jalan keluar. 

Rasa keluh perlu dinetralisir dengan mencoba untuk bersyukur. Bersyukur jadi hal paling berat yang dilakukan saat dalam masalah. Akan tetapi, ketika kita sudah menerima rasa syukur tersebut, justru kita akan lebih ringan dalam menjalani kehidupan. Ketika bersyukur membuka mata kita untuk mencari hal baik dalam masalah. Bersyukur membantu kita menemukan pelajaran berharga dalam masalah.

Bahkan bersyukur membuat pikiran kita jernih. Sehingga kita dapat dengan mudah menemukan jalan keluar. Memang, tidak semua masalah memiliki jalan keluar. Selama kita masih menggenggam rasa syukur, percaya bahwa akan selalu ada hal baik yang menanti kita setelah serbuan masalah. Kamu pasti pernah mendengar pepatah akan selalu ada pelangi setelah hujan, ‘kan?

Bersyukur itu Teman Seperjuangan dalam Menghadapi Masalah

Belajar untuk bersyukur
Ketika tidak ada satu orang pun yang mengerti dan memahami perasaan kita—bahkan keluarga. Ketika kita terlalu sering dikecewakan karena ekspektasi. Ketika kehidupan bahkan seakan-akan tidak berpihak pada kita. Jangan biarkan diri kita ikut menjadi musuh bagi diri kita sendiri. Ada penggalan lagu milik Nadin Amizah berjudul Taruh: …tapi kita punya kita, yang akan melawan dunia.

Bukankah kita punya diri kita untuk menghadapi dunia? Kadang-kadang kita terlalu sibuk menyalahkan keadaan. Mengapa tidak ada satu pun orang yang mengerti? Mengapa semuanya seakan-akan menyudutkan? Mungkin itu karena kita terlalu berharap orang lain akan menjadi sandaran kita. Makin berharap kepada manusia, tidak jarang kita akan mudah kecewa.

Jangan abaikan diri kita sendiri ketika dunia mengibarkan bendera perang. Tatkala kehidupan menghunuskan pedang dari berbagai arah. Kita punya perisai untuk menghadapi dunia: bersyukur. Bersyukur bisa menjadi teman terbaik dalam melalui berbagai masalah. Meski berat, tetapi perlahan kita akan bertumbuh dengan bijak.

Esensi rasa syukur bisa jadi membuat kita menyadari bahwa kehidupan itu amat baik. Bisa jadi dunia sedang tidak menyerang kita. Bagaimana kalau ternyata kehidupan sedang berupaya menguatkan kita? Kuat bukan berarti tidak lemah sama sekali—ingat, kita adalah manusia—melainkan kuat itu ketika bertahan dalam suatu tekanan, meski sedang lemah-lemahnya.

Jadi, apakah kamu sudah bersyukur hari ini? Hal apa yang membuatmu bersyukur? 

8 komentar

  1. Pernah donggg, siapa sih yang pernah terjebak dalam situasi sulit. Pengen kabur aja entah ke mana yang jauh. Tapi siapa sih manusia hidup yang ngga dihampirin masalah. Yap, manusia butuh masalah. Tapi ngga banyak yang memahami esensi bersyukur sebagai solusi dari sebuah masalah. Sesekali ngga papa mengeluh, namun tetap sesuai porsi yah.

    BalasHapus
  2. Sudaaah...aku selalu berusaha untuk selalu bersyukur dalam setiap keadaan. Selain itu dengan selalu bersyukur dalam setiap keadan dapat membuat hati kita jadi lebih tenang dan bahagia.

    BalasHapus
  3. Benar ya Vin...bersyukur itu penting dan dalam situasi apapun. Bersyukur itu bukan hanya saat kita senang...kita kan gak pernah tahu rencana Allah itu apa di balik kejadian yg mungkin saja tifak kita harapkan. Menerima dengan lapangvdada semua ketetapan dari Allah.

    BalasHapus
  4. Setiap orang punya masalah dan pernah ada di titik terendahnya. Mengeluh boleh, tapi jangan larut dan sampai membuat kita merasa tak berdaya. Kalau udah bersyukur, malah kita jadi punya kekuatan untuk menyelesaikan masalah dan bangkit lagi.

    BalasHapus
  5. Kalau nurutin mengeluh ya akan ada aja yang dikeluhkan kemudian capek sendiri
    saya memilih untuk bersyukur karena dengan bersyukur rasanya nikmat dan akan bertambah kenikmatan yang diberikan Allah

    BalasHapus
  6. Makasih pengingatnya Kak Vin. Bener banget sih, seberapa beratnya masalah, semoga kita bisa bersyukur dan bisa melewatinya

    BalasHapus
  7. Ayah kandung dan ibu mertua pada sakit, bulak-balik mengurusi keduanya, kadang terasa cape memang, tetapi di luar itu, ada rasa syukur yang membuncah karena masih dipercaya orang tua untuk mempercayakan kepengurusan mereka dan Allah berikan kekuatan dan kesehatan juga kepada kita untuk modal mengurus orang tua. Alhamdulillah

    BalasHapus
  8. Bener banget kak Vina, kita harus selalu bersyukur di setiap kesempatan dan keadaan. Bahkan ketika diuji dengan masalah pun, manusia seharusny tetap bersyukur ya

    BalasHapus