Preview

Hai, selamat datang di Neng Vina! Di blog ini kamu akan menemukan tulisan seputar kehidupan dan pengembangan diri. Barang kali kamu tidak akan merasa sendirian setelah membaca tulisanku. Enjoy my blog! 🧁

Orang Muda Bisa Apa terhadap Isu Perubahan Iklim?

unsplash

DAUN-DAUN pepohonan berguguran, dari yang warnanya hijau hingga kuning, berjatuhan melapisi tanah. Suara gergaji saling beradu satu sama lain. Sementara, sinar matahari perlahan-lahan bisa dengan mudah memasuki ruangan rimbun milik para pohon. Orang-orang itu—maksudnya mereka dengan kostum keamanan, helm proyek, dan rompi—dengan sigap dan penuh kekuatan mengikis perlahan sampai satu pohon berhasil ditumbangkan oleh gergaji sakti. Tumbangnya pohon adalah pelepas dahaga dan kebahagiaan bagi perusahaan hak operasional.

Namun, orang-orang itu tidak pernah tahu, kedatangan mereka adalah sinyal bahaya dan ancaman bagi para pohon. Orang-orang itu entah tidak menyadari atau tidak peduli akan riuhnya pengiriman sinyal pertahanan melalui jaringan mikorizhosphere akan kepanikan nasib mereka yang sebentar lagi tumbang. Belajar dari yang sudah-sudah, para pohon di hutan itu tidak percaya lagi. Mana janji setelah ditebang akan ditanami ulang? Lihat, ekosistem mereka justru makin menipis, hari-hari mereka seakan-akan menanti giliran untuk ditebang.

Itu keadaan di perhutanan, belum lagi apabila memijak di hiruk pikuk perkotaan. Kutantang kamu untuk menemukan setidaknya sekumpulan pohon dalam satu kawasan di tengah kota. Namun, daripada itu, pandangan mata dibuat mencolok dengan kilauan dinding kaca para gedung setinggi langit yang memantulkan sinar matahari. Bahkan udara yang dipasok untuk bernapas pun rasa-rasanya sesak—bayangkan asap kendaraan dan terik panas menyatu di udara kemudian dihirup. Lantas, lebih nyaman di dalam rumah atau gedung di bawah dinginnya air conditioner yang melepaskan gas rumah kaca. 

Ini bukan fiktif. Apa yang kutulis bukan tentang hiperbola akan lingkungan. Ini kenyataan dan fakta yang tidak dipedulikan banyak manusia. Apa itu peduli lingkungan? Sekarang zaman sudah modern, mau tidak mau kita dipaksa hidup dalam modernisasi. Sementara, ancaman alam telah menggaung. Sampah kekurangan penampungan, perairan kotor karena limbah, udara terpolusi asap pabrik. Lantas, sampai kapan kita akan terus diam dan tidak peduli? Di mana orang muda milik bumi yang mampu menjadi harapan bagi masa depan bumi?

Ketika Fakta Diabaikan, Sementara Sibuk Menyalahkan Sana-Sini saat Bumi Marah

unsplash

Bumi menyediakan tameng berupa atmosfer untuk melindungi manusia dari paparan matahari secara langsung. Bumi menenangkan manusia, katanya, "Tidak usah risau, di dalam sudah disediakan para pohon untuk menyerap gas karbon dioksida sehingga kalian tetap merasa sejuk hidup di tempatku."

Seperti yang kita ketahui, kondisi bumi—terutama cuaca—mengalami peningkatan yang tidak baik, cenderung mengancam. Pelepasan gas rumah kaca (GRK) di udara makin bertambah setiap tahunnya. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melansir bahwa setiap tahunnya aktivitas manusia telah melepaskan 30 miliar ton karbon dioksida (CO²) ke atmosfer. Hal ini meningkat 40% lebih sejak sebelum era industri. 

Sementara, salah satu penyebab peningkatan perubahan iklim terjadi lebih cepat adalah karena sinar matahari terperangkap oleh gas rumah kaca di atmosfer. Keberadaan gas rumah kaca di lapisan atmosfer sebetulnya memberikan efek hangat pada bumil sehingga layak dihuni oleh makhluk hidup. Akan tetapi, gas rumah kaca yang berlebihan akan memerangkap sinar matahari dan membuat suhu di bumi makin panas. Alhasil, terjadilah fenomena perubahan iklim atau sekarang lebih kita kenal sebagai pemanasan global.

Tentunya perubahan iklim telah mengubah teori para ilmuwan menjadi sebuah fakta. Apa saja faktanya?

freepik

1. Kontribusi Fesyen terhadap Pemanasan Global

Sektor industri merupakan salah satu penyumbang dengan konsentrasi tinggi terhadap perubahan iklim. Bagaimana tidak? Proses industri tekstil cenderung mencemari lingkungan karena menggunakan bahan berbahaya seperti serat sintetis, poliester, dan juga kapas yang dasarnya diolah menggunakan pestisida non-organik. Bahan tersebut juga terindikasi dari penggunaan bahan bakar fosil yang juga memberi emisi GRK.

Dilansir dari CNN Indonesia, pada tahun 2018 industri tekstil berkontribusi sebanyak 2,1 miliar metrik ton emisi GRK, hal ini setara 4% dari total emisi global. 70%-nya diakibatkan dari pengolahan proses industri tekstil itu sendiri yang mencemari lingkungan. Faktanya, limbah tekstil ini berperan besar mengotori air dan lingkungan sekitar. Apabila proses ini tidak ditindaklanjuti, para ahli mengatakan pada 2030, fesyen akan berkontribusi sebanyak 2,7 miliar ton per tahunnya.

2. Timbunan Sampah Plastik

Penggunaan plastik sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahannya yang murah dan mudah didapatkan, sehingga banyak dari kita yang tidak sedikit mengonsumsi plastik setiap harinya dalam berbagai aspek baik sandang maupun papan. Namun, di balik mudah dan merajalelanya produk plastik, hal itu berbanding lurus dengan limbah atau sampah plastik yang dihasilkan. Bahkan, produksi plastik yang dihasilkan tidak seimbang dengan pengelolaan sampah plastik. 

Program lingkungan PBB mengungkapkan bahwa manusia setiap tahunnya menghasilkan 400 juta ton sampah plastik. Hal itu dinilai hampir setara dengan berat manusia di seluruh dunia. Bahkan, dari KLHK menyatakan Indonesia sendiri menjadi negara ke-2 dengan sampah plastik di lautan terbanyak. Padahal Indonesia tercatat memproduksi plastik nomor 5 lebih sedikit dari 4 negara lainnya. Sepanjang tahun 2022 tercatat 12,5 juta ton sampah di Indonesia dan hanya sedikit yang terkelola. Dikatakan oleh Direktur Pengelolaan Sampah KLHK bahwa timbunan itu didorong karena masyarakat sering mengonsumsi sampah plastik sekali pakai.

3. Beberapa Kota di Indonesia Terancam Tenggelam

Perubahan iklim yang terjadi dan terus meningkat pun mengungkap fakta akan banyak kota-kota besar di dunia tenggelam karena tanah mengalami penurunan dan air laut makin tinggi. Di Indonesia sendiri, kota-kota besar juga tidak luput dari ancaman tenggelam. Hal itu bukanlah ancaman belaka, melainkan peneliti dari Climate Central telah memprediksi ada beberapa kota di seluruh dunia yang akan tenggelam pada 2050.

Kota-kota di Indonesia yang disebutkan di antaranya: Bali, Banda Aceh, Semarang, Surabaya, Pangkal Pinang, Medan, dan tentunya Jakarta. Bahkan, kota Jakarta sendiri diprediksi akan tenggelam pada 2030. Hal ini dikarenakan permukaan dan volume air laut meningkat. Institut Teknologi Bandung (ITB) meneliti bahwa setiap tahunnya air laut mengalami peningkatan hingga 3-8 mm.

4. Perubahan Pola Cuaca

Teman-Teman pasti tiga bulan terakhir ini sudah merasakan suhu yang meningkat drastis. Dimulai dari 33* sampai paling tinggi di 38*. Hal ini tentu merupakan angka yang tinggal, tidak lain tidak bukan dikarenakan banyaknya emisi GRK yang menerangkap sinar matahari di atmosfer, sehingga menyebabkan suhu bumi meningkat. Selain itu, juga berkaitan dengan pola cuaca. Di mana, kita lebih sering menghadapi musim panas dibanding musim hujan. Hal ini dilansir pula oleh United Nations bahwa sejak 2011-2020 hampir seluruh daratan di dunia, daratan lebih sering dilanda musim panas. Perubahan pola cuaca ini pun dapat mengganggu keseimbangan alam.

5. Berkurangnya Sumber Daya Air

Perubahan iklim sangat mempengaruhi ekosistem bumi, salah satunya adalah sumber daya air. Akibat kenaikan suhu, air laut jadi meningkat karena lelehan es, mencairnya es pun terjadi karena pemanasan global. Sementara, air tanah tidak bertambah. Di samping itu, air amat krusial bagi kelangsungan hidup manusia seperti untuk operasional industri, sektor pangan, dll. Survei Geologi Amerika Serikat menyatakan bahwa 72% bumi tertutupi oleh air, tetapi 97%-nya merupakan air asin yang tidak bisa dikonsumsi. Studi tersebut juga menunjukkan jumlah air di bumi saat ini mencapai 1,36 miliar km³. Faktanya bahwa hanya ada 1% air tawar yang bisa diakses dengan mudah dan 70% terkunci di lapisan es. Kabar baiknya Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan air tawar terbanyak yaitu 50% lebih.

Dampak Perubahan Iklim Sudah Terjadi dan Akan Terus Berjalan


unsplash

Perubahan iklim setidaknya sudah terjadi ratusan ribu tahun lamanya. Memang, manusia harus melakukan kegiatan yang mau tidak mau melepaskan gas rumah kaca. Akan tetapi, kadar konsentrasi cuaca panas makin hari makin meningkat. Hal itu dikarenakan aktivitas manusia dalam melepaskan gas rumah kaca secara konsisten dan berlebihan. Dampaknya memang tidak terlihat saat itu juga, tetapi masa depan sudah pasti terkena imbasnya. Namun, kenyataannya hal itu masih membuat banyak masyarakat justru bersikap acuh tidak acuh. Menganggap bahwa semua akan baik-baik saja, tetapi tidak ada aksi yang dilakukan—daripada aksi justru berkontribusi meningkatkan pemanasan global.

Perubahan iklim membawa dampak nyata seperti: bencana alam, kebakaran hutan, suhu bumi meningkat, pencemaran air. Dampak tersebut bersatu paru memberikan efek langsung kepada manusia itu sendiri. Berikut ini dampak yang secara langsung berimbas pada makhluk hidup

freepik

1. Kemiskinan Merajalela

Perubahan iklim nyatanya mampu menempatkan manusia di posisi sulit. Kemiskinan di mana-mana. Bagaimana tidak? Banjir dan tanah longsor menyerang perkotaan dan pedesaan, ketersediaan air yang langka dan berpengaruh pada proses dan hasil pangan, belum lagi kemiskinan geografis dari daerah yang sudah ditenggelamkan oleh air. KLHK menyebutkan setiap tahunnya ada 23,1 juta orang mengungsi akibat perubahan iklim.

Masalah kemiskinan bukan hanya tentang krisis ekonomi, yang perlu menjadi perhatian juga adalah dampak perubahan iklim terhadap kemiskinan di kalangan masyarakat. Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi pada 2030 pemanasan global akan meningkat dan artinya kemiskinan ikut melonjak, mencapai hingga 100 juta orang miskin.

2. Pangan Makin Langka

Sebelumnya sempat disinggung bahwa air merupakan sumber daya krusial bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satunya bagi sektor pangan, baik pertanian, peternakan, dan perikanan. Semua bidang terkena imbasnya. Air laut yang asam memicu kerusakan makhluk hidup di bawah laut. Pertanian yang kesulitan air. Kesulitan pangan ini berdampak pada kondisi gizi buruk dan kelaparan.

FAO juga mengatakan pada 2030 akan terjadi peningkatan harga pangan sampai 12%, sementara pengeluaran orang miskin terkait pangan mencapai 60%. Selanjutnya, diperkirakan pada 2050 produksi tanaman pangan mengalami penurunan 10-25%, mengancam ketahanan pangan, dan menciptakan 1 miliar penduduk migran.

3. Mengganggu Kesehatan

Kesehatan pun akan mendapatkan imbas dari perubahan iklim. Mulai dari kemarau berkepanjangan yang menghadirkan bakteri-bakteri atau mikroorganisme, dari situ akan memunculkan penyakit yang berkaitan dengan bakteri tersebut. Kemudian, polusi udara yang tidak jarang menyergap perkotaan disebabkan oleh asap industri, asap kendaraan, dan bahkan kebakaran hutan, sehingga udara tidak bersih. Belum lagi kurangnya ketersediaan air minum bersih pada rumah tangga.

Prof. dr. Ova Emilia, Guru Besar Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK} UGM mengatakan perubahan iklim memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsungnya seperti cuaca ekstrem. Dampak tidak langsung berupa perubahan iklim yang mempengaruhi penyebab penyakit (seperti nyamuk) bertahan lebih lama atau berubah perilaku.

4. Spesies Hewan dan Tumbuhan Punah

Cuaca ekstrem dan suhu bumi yang meningkat otomatis akan membuat spesies hewan dan tumbuhan mau tidak mau ikut beradaptasi. Artinya hewan yang tidak bisa beradaptasi dengan iklim saat ini akn mengalami kepunahan. Sementara tumbuhan di bawah laut pun mengalami kepunahan akibat keputihan, limbah, dan air laut asam. Pohon-pohon ditebang. KLHK menyebutkan rata-rata saat ini dunia kehilangan spesies sampai 1000 kali lebih besar. Diperkirakan pula 1 juta spesies dalam risiko ancaman kepunahan beberapa dekade ke depan. 

5. Meningkatnya Suhu Bumi

Cuaca panas yang terjadi 3 bulan terakhir ini membuat kita jadi lebih suka mendekam di dalam ruangan ber-AC. Hal ini tentunya disebabkan karena emisi GRK di atmosfer semakin tebal dan menerangkap panas matahari, alhasil suhu bumi pun meningkat. Ini akan terus terjadi apabila aktivitas manusia masih berlebihan dalam melepaskan gas rumah kaca. Ditambah tidak ada penanganan dan kesadaran yang baik dari sebagian masyarakat. Disebutkan oleh Badan Meteorologi Britania Raya (Met Office) memprediksikan peluang meningkatnya pemanasan global sekitar 50% mencapai 1,5 derajat pada lima tahun mendatang (2022).

Orang Muda Bisa Berdedikasi dan Berkontribusi untuk Masa Depan Lingkungan

freepik

Cara sederhana orang muda menjaga lingkungan dan menekan laju perubahan iklim adslah dengan mengubah pola hidup.
Gaya hidup kadang kala menjadikan diri egois. Pura-pura buta untuk melihat ancaman di masa depan. Pura-pura tuli akan pentingnya menjaga lingkungan. Tahan banting akan cuaca panas yang kian meningkat. Bukan tanpa alasan, apa lagi kalau bukan karena gengsi?

Pada akhirnya yang akan merasakan imbas dari perubahan iklim adalah generasi muda. Perubahan iklim bukan lagi tentang isu semata, melainkan kenyataan yang harus dihadapi bersama-sama. Pada dasarnya, kita tidak akan pernah bisa menghentikan perubahan iklim itu sendiri karena memang aktivitas manusia yang kerap terjadi setiap harinya. Namun, konsentrasi aktivitas manusia yang berlebih membuat perubahan iklim makin dekat terjadi dan seakan-akan tampak di pandangan mata. 

Hanya saja, seperti yang kita lihat, saat ini banyak aspek kehidupan bersikap acuh tidak acuh terhadap perubahan lingkungan. Jangankan lingkungan, kadang kala kita tidak tahu atau menutup mata dan telinga akan ancaman perubahan iklim. Katanya, perubahan iklim hanya fenomena biasa yang akan cepat berakhir. Padahal, hari-hari kita dihantui oleh kecaman pemanasan global sana-sini. Lantas, apabila orang muda tidak acuh, bagaimana masa depan kita?

Pohon dan hutan, bagaimana dengan dua elemen penting bumi itu? Pohon bersedia menampung udara dan menghasilkan oksigen untuk kita bernapas. Menyimpan banyak sekali cadangan air dan makanan untuk sumber daya manusia. Sebagai penangkal terjadinya bencana banjir maupun longsor. Paling penting, pohon menyimpan karbon dioksida dan melindungi manusia. Namun, manusia sendiri yang menebangnya dan memusnahkan keajaiban pohon itu. Parahnya membakar hutan. Bahkan, beberapa oknum kian mengeksploitasi untuk kepentingan tertentu. Lantas, di mana letak balas budi kita terhadap pohon dan hutan?

Sebagai orang muda harus melek akan isu lingkungan. Jika tidak bisa berkontribusi banyak, maka kita mendedikasikan diri kita untuk menambah wawasan terkait lingkungan sekitar dan tidak ketinggalan informasi soal perubahan iklim. Di era internet serbacepat ini seharusnya dipergunakan sebaik mungkin. 

Harapannya adalah reboisasi kembali dilakukan. Sebab, hal yang membuat resah adalah ketika penebangan pohon yang kemudian dibiarkan gundul tanpa adanya reboisasi.

Salah satu hal yang membuat kita tutup mata terhadap perubahan iklim adalah pola hidup. Betul tidak? Bahwa kita terlalu pemain gengsi, ingin mengikuti tren yang ada. Membeli baju baru dengan harga murah mengikuti perkembangan mode. Alhasil baju menumpuk dan tidak terpakai kemudian berakhir menjadi limbah rumah tangga. Belum lagi mengonsumsi produk plastik sekali pakai yang terus dilakukan setiap hari. Sehingga bumi dapat terjaga.

Solusi perubahan iklim adalah orang muda harus menekan gengsi, orang muda harus hidup ramah lingkungan, orang muda harus mulai meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan—paling tidak untuk dirinya sendiri, orang muda harus menjadi penggerak menghadapi dan mencegah perubahan iklim terjadi lebih cepat dan ekstrem.

Tindakan-tindakan sederhana yang bisa kita lakukan sebagai orang muda seperti
  • Mengurangi plastik dengan membawa tumblr atau bekal dari rumah ketika ke luar rumah. Atau membawa wadah sendiri dari rumah untuk mengganti wadah plastik dari luar.
  • Mengurangi penggunaan listrik dan energi dan energi yang menghasilkan gas rumah kaca. 
  • Tidak membeli pakaian secara berlebihan apalagi dengan kuliah yang mudah rusak karena bahannya sulit diurai dan didaur ulang. Pakailah pakaian seadanya, kalau tidak dibutuhkan tidak usah membeli.
  • Mulai gunakan kendaraan transportasi umum ataupun sering berjalan kaki jika jaraknya tidak terlalu jauh.

Yuk share mimpi kamu terhadap penanganan isu perubahan iklim dan perlindungan hutan! 


Referensi 

https://dlhk.mamujukab.go.id/berita-5193-apa-itu-perubahan-iklim-penyebab-dampak-perubahan-iklim.html

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220422130837-185-788331/5-fakta-perubahan-iklim-di-hari-bumi-2022-fesyen-hingga-sampah/2?_gl=1*1m7o61j*_ga*LUJ4YW1hOHpTZWgwdFoyYlZoMVR2RVVBXzl5b2NieF9Gd29aU3R0Q2NnU3VZV09ieTR4Uzh2ZG9UaVhQcDNrOA..*_ga_HPHHPFJMXH*MTY5ODI5ODQyNS4xLjAuMTY5ODI5OTc4Ny42MC4wLjA.

https://www.google.com/amp/s/www.cnnindonesia.com/teknologi/20220512161740-199-796032/suhu-bumi-berpotensi-tembus-batas-15-derajat-celsius-5-tahun-lagi/amp

https://ugm.ac.id/id/berita/22591-waspadai-dampak-perubahan-iklim-terhadap-kesehatan-masyarakat/

https://www.kompas.id/baca/utama/2019/09/16/perubahan-iklim-dan-kemiskinan-2

http://arissubagiyo.lecture.ub.ac.id/2021/05/perubahan-iklim-dan-ketahanan-sumber-daya-air/#:~:text=Perubahan%20iklim%20dapat%20menyebabkan%20meningkatnya,kemungkinan%20besar%20memengaruhi%20alur%20musim.

https://airkami.id/ada-berapa-ya-jumlah-air-di-bumi-simak-faktanya/

https://ugm.ac.id/id/berita/22591-waspadai-dampak-perubahan-iklim-terhadap-kesehatan-masyarakat/

https://greennetwork.id/unggulan/mendorong-industri-tekstil-dan-fesyen-berkelanjutan/

https://www.kompas.com/properti/read/2023/06/15/180000421/sepanjang-tahun-2022-ada-12-54-juta-ton-sampah-plastik-di-indonesia

https://infografis.okezone.com/detail/777872/daftar-wilayah-indonesia-yang-terancam-tenggelam-pada-2050

https://www-un-org.translate.goog/en/climatechange/science/causes-effects-climate-change?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

#UntukmuBumiku #TeamUpForImpact #MudaMudiBumi #BersamaBergerakBerdaya

22 komentar

  1. Penggunaan plastik udah mulai dikurangi sih ka, tiap mau beli sesuatu, bawa goodie bag dari rumah, jadi nggak nambah sampah plastik.

    Perubahan iklim sekarang ini emang mulai kerasa sih, peningkatan suhu ini sih yang bener-bener kerasa. Semoga beberapa bulan mendatang bisa kembali normal suhu-nya, biar bisa beraktifitas dengan nyaman diluar ruangan.

    BalasHapus
  2. Aku berharap semoga pemerintah terus gencar mengedukasi dan mensosialisasikan tentang pentingnya menjaga lingkungan pada masyarakat. dan ga hanya pemerintah aja sih tapi kerjasama dengan berbagai pihak. kalo perlu pasang iklan di tv dsb

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya kira pemerintah belum atau gak mau iklan di TV dan media massa lainnya. Biayanya gede.
      Orang yang punya media masa juga gak mau terlalu sering ngiklan iklan layanan masyarakat. mengurangi pendapatan mereka dong.

      Hapus
  3. Kalau air tawar makin berkurang di masa depan bisa jadi langka dan harganya jadi mahal. Bisa jadi akan ada perusahaan yang mengeksploitasi es di masa depan, diambil airnya buat dijual. Air gak lagi didapat dengan mudah dari alam, tapi harus ditambang....

    BalasHapus
  4. Sumpah shok banget ternyata banda Aceh masuk dalam kategori kota yang rawan , dan terancam juga tenggelam kayak Jakarta. Soalnya berita tentang banda Aceh dengan isu climate change ini jarang banget pemberitaannya beda dengan Jakarta yang udah dari bertahun-tahun yang lalu heboh

    BalasHapus
  5. Sekarangpun kita sudah mulai merasakan dampak kekeringan. Beruntung orang-orang yang rumahnya sudah ada sumur bor, yang tidak ada mayoritas pasti mengungsi untuk mendapatkan air. Ancaman kelangkaan pangan juga akhirnya turut menghantui. Kepikiran mulai tahun depan pengen menanam sendiri tapi apakah benar-benar mencukupi?

    BalasHapus
  6. Setuju bahwa orang bisa lakukan banyak hal utk bantu jaga bumi dan juga menginspirasi orang2 lain utk lakukan hal sama dalam upaya lestarikan bumi. Trims sharing nya ya..

    BalasHapus
  7. anak muda, bapak2 ibu2 sampai anak2 bisa banget berkontribusi dalam isu perubahan iklim ini. bantu bumi untuk tidak terlalu panas. kita bisa memulai dari diri sendiri, memberi contoh dalam kebaikan mencintai lingkungan dan bumi ini.

    BalasHapus
  8. Selain berkurangnya hutan, hal yang juga berkontribusi pada iklim adalah semakin banyaknya bangunan baik diperkotaan dan pedesaan. Terlebih dengan semakin berkembangnya bisnis property, lahan banyak beralih fungsi. Sayangnya juga tidak terpetakan dengan baik. Jadi lahan langsung berganti gedung semua

    BalasHapus
  9. Saya sangat merasakan dampak nyata perubahan iklim ini, apalagi bergerak di bidang agribisnis konvensional, sangat terlihat pengaruhnya terhadap produksi. Semoga kita bisa benar-benar menjaga dan melestarikan bumi kita.

    BalasHapus
  10. Saya sangat terkejut mengetahui bahwa Banda Aceh termasuk dalam daftar kota yang berisiko dan menghadapi ancaman tenggelam seperti Jakarta. Berita mengenai isu perubahan iklim di Banda Aceh nyaris tidak pernah dibahas secara luas, berbeda dengan Jakarta yang sudah menjadi perbincangan sejak bertahun-tahun yang lalu.

    BalasHapus
  11. Sebetulnya dari hal-hal kecil itu menimbulkan efek besar pada perubahan iklim ya kk

    BalasHapus
  12. Jadi benarlah bahwa kerusakan bumi ini sebagian besar akibat ulah manusia
    masalah sampah salah satunya, yang ga akan bisa selesai kalau kita ga mengubah sikap dalam pengolahan sampah

    BalasHapus
  13. Dampak perubahan iklim memanh sudah kita rasakan saat ini. Tapi masih banyak saja manusia yang berbuat kerusakan terhadap bumi kita :(

    BalasHapus
  14. perubahan cuaca saat ini begitu signifikan, di sidoarjo panas sampai bulan ini belum hujan, padahal tahun-tahun sebelumnya memasuki bulan november sudah masuk penghujan. hal itu pasti karena faktor tangan tangan manusia sendiri.
    kebakaran dimana-mana, kekeringan melanda dimana-mana, tak luput tiap manusia tidak melakukan pemilahan sampah yang baik. maka dari itu mulai dari diri sendiri kita menyebarkan kampanye hdup ramaha lingkungan untuk udara yang menyejukkan

    BalasHapus
  15. Betul, kini uda bisa merasakan sendiri akibat aksi brutal terhadap lingkungan.
    Sehingga gak ada cara yang lebih baik selain kita bersatu bersama muda-mudi yang menginspirasi untuk jaga bumi ini dengan hal-hal kecil yang bisa kita lakukan denga konsisten.

    BalasHapus
  16. Andai semua manusia sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, pasti suhu esktrim seperti sekarang belum terjadi, sedih banget...

    BalasHapus
  17. Isu perubahan iklim ini penting bgt dpt perhatian masyarakat luas. Cuaca panas yg gak biasa belakangan ini tuh bukti klo bumi kita sdg tidak baik2 saja.

    BalasHapus
  18. Masalah perubahan iklim sudah Ada sejak lama dan bukannya makin membaik malah sepertinya makin parah. Butuh kesadaran dr masing2 orang. Klo ditunda2 terus bs2 terlambat.

    BalasHapus
  19. Di Bali sini sudah lama tidak mengizinkan pemakaian tas plastik untuk belanja. Tapi kalau dirunut lagi, pemakaian tas kain juga lama-lama jadi limbah.

    BalasHapus
  20. Aku niat banget pengin belajar bikin kompos biar sampah organik lebih bermanfaat, tapi karena rumah berdempetan dengan tetangga, nggak punya halaman juga, masih bingung mau taruh di mana tempatnya.

    Kalau sampah anorganik aku biasanya dijual ke pengumpul barang bekas untuk didaur ulang.

    Baju aku suka ngecilin atau digedein kalau ukuran nggak sesuai, alih-alih beli lagi yang baru. Kalau modelnya ngga suka, ya dirombak. Untungnya bisa jahit sendiri.

    Minimal ada yang bisa dilakukan meski sederhana lah ya.

    BalasHapus
  21. Harapan dan mimpi terhadap perubahan iklim, sebelum terlambat mari berbuat karena kita punya kewajiban memenuhi hak anak cucu kita untuk mendapatkan iklim yang baik, kualitas udara yang sehat

    BalasHapus